--Hidupku untuk Hidupmu, Kak--
19 Maret
2013 pukul 19:01
cast:
- Christy
- Cherly
Genre:
Family_Sad
Cerpen ini
terinspiirasi dari Film barat (Lupa judulnya) yang pernah diplagiati MNC TV
untuk di buat versi Indonesianya, dibintangi sama Angel (Diary's Angel).
Chek this
Out, Guys...!!!
“Ma, Christy
ga mau donorin jantung Christy untuk kak Cherly” isak tangisku ketika Mama
menarik tanganku secara paksa menuju ruang cangkok jantung.
Rasanya diri
ini ingin memberontak, tapi ketika memberontak cengkraman tangan Mama semakin
erat sehinggap aku pun tak mampu melepaskannya.
Sebelumnya,
perkenalkan namaku Christy Saura Noela Unu. Aku anak bungsu dari 3 bersaudara.
Kakak pertamaku cowok bernama Lucky, sedangkan kakak keduaku cewek bernama
Cherly. Kak Cherly terlahir dengan ketidak sempurnaan, dari kecil hingga dewasa
kini dia selalu sakit-sakitan, sehingga dia selalu dimanjakan oleh Mama.
Berbeda dengan aku, aku mungkin seorang anak yang tak diharapkan untuk lahir,
kalau pun aku diharapkan untuk lahir, aku di lahirkan untuk melengkapi
kekurangan dari kakakku itu. Aku kehilangan bola mata sebelah kiriku karena
harus mendonorkannya untuk kak Cherly . Sedih pastinya, tapi asalkan itu bisa
membuat Mama bahagia dan bisa merubah perilakunya kepadaku, aku akan menurutinya.
Dan Kini, Mama meminta jantungku untuk didonorkan kepada kak Cherly lagi.
Untuk yang satu ini aku belum bisa menurutinya. Jantung adalah kehidupanku.
Apakah aku akan mampu hidup tanpa adanya jantung dalam tubuhku? Aku rasa tidak.
Pernah aku
menolaknya dengan tegas, tapi sebuah perlakuan kasar dari Mamalah yang aku
terima. Ingin rasanya aku lari dari kehidupan yang pahit ini, tapi bagaimana
caranya? Bunuh Diri? Aku rasa Tuhan akan menolak ruh seseorang yang meninggal
karena bunuh diri. Pikiranku juga tak sepicik itu, lari dari masalah dengan
cara yang si-sia seperti itu.
---
“Dok, saya
sudah menemukan pendonor jantung untuk anak saya” ucap Mama kepada Dokter
Steven.
Dokter
Steven yang melihatku tertunduk lesu seolah mengerti kalau masih ada keraguan
didiriku untuk mendonorkan jantungku untuk kakakku.
“ade yakin
mau mendonorkannya jantung ade?” tanya dokter Steven kepadaku, namun lidahku
kelu untuk menjawab “iya”, sampai Mama mengisyaratkan mencubit pinggangku
sambil berbisik, “Jawab iyah, atau Kau lihat kakakmu mati”. Aku sangat
menyayangi kakakku, tapi bukan berarti hidupku ini untuknya. Aku juga masih
ingin hidup. Ya Tuhan, aku bingung. Akhirnya sebuah langkah seribulah yang aku
pilih. Yah, aku langsung kabur dari ruang cangkok jantung itu. Aku tau itu cara
terbodoh yang aku lakukan, Mama akan semakin murka kepadaku. Tapi apa daya, aku
masih ingin hidup. Mama langsung mengejarku dan meminta Papa dan kak Lucky
untuk sama-sama mengejarku. Aku terlalu takut sehingga aku lari sejadinya,
menyebrang jalan pun tak melihat kanan-kiri. Al hasil...
“aaaaa”
teriakku ditengah jalan yang penuh dengan kendaran yang berlalu-lalang.
Sebuah mobil
menabrakku, namun sempat di rem oleh sang pengemudi itu. Sehingga tidak terlalu
melukaiku. Aku pikir aku sudah menghadap Illahi, jika itu yang terjadi aku
sangat senang, brerakhirlah penderitaanku di dunia ini. Ternyata pikiranku
salah, aku hanya tak sadarkan diri, aku dibawa sang pengemudi itu yang notabene
adalah seorang pengacara terkemuka ke rumahnya yang terbilang megah.
“ade sudah
sadar?” tanya Om Michael sang pengacara itu kepadaku yang melihatku sedikit
demi sedikit mampu membuka mata walaupun hanya 1 mata yang tertinggal.
“saya
dimana?” tanyaku dengan perasaan takut yang teramat.
“ade di
rumah kami, kami mohon maaf, suami sayalah yang menabrak ade siang tadi.
Syukurlah, tidak ada luka yang serius. Rumah ade dimana? Sekiranya nanti ade
sudah baikan, akan kami antar ke rumah ade” jelas Istri Sang pengacara, tante
Franda.
“aku ga mau
pulang, Om Tante. Aku takut sama Mama”, jawabku yang makin ketakutan,
sepertinya perilaku Mama telah membuatku trauma untuk pulang ke rumahku
sendiri.
Tante Franda
yang melihatku ketakutan langsung memelukku untuk menenangkanku. Dibelainya
rambutku dengan lembut. Rasanya baru kali ini aku merasakan belaian kasih
seorang Ibu. Ingin rasanya tak mau lepas dari pelukannya. Dengan hati-hati
tante Franda bertanya kepadaku “Kenapa ade tidak mau pulang ke rumah ade
sendiri?”. Spontan aku pun melepaskan pelukan tante Franda dan menceritakan
kehidupanku kepada mereka. Tante Franda yang Notabene seorang Psikolog
sangat mengerti perasaanku. Dia terlihat iba mendengar apa yang aku derita.
“Pah, kita angkat Dia sebagai anak kita saja yah?” pinta Tante Franda kepada
suaminya. Yah...Selama 10 tahun pernikahan mereka, mereka belum dikaruniai
seorang anak. Tak di sangka, Om Michael menolaknya, bukan berarti Dia tak
menyukai kehadiranku akan tetapi aku masih mempunyai orang tua, tidak semudah
itu mengangkat seorang anak, harus melalui badan hukum dan mendapat persetujuan
dari orang tua anak yang bersangkutan.
“Nanti Om,
akan membantu ade mendapatkan keadilan” Ucap Om Michael kepadaku.
“Maksud,
Om?” tanyaku yang seolah tak mengerti pembicaraan seorang pengacara.
“Maksud Om
Michael, Kami akan melaporkan orang tuamu ke KOMNAS HAM, kami pikir itu sebagai
bentuk pelajaran juga untuk orang tuamu, nak” jelas Tante Franda, yang
membuatku langsung berkata “Jangan”, Aku ga mau orang tuaku merasakan
penderitaan di balik jeruji besi, aku sangat mencintai mereka. Walaupun
perlakuan mereka tak baik kepadaku, tapi merekalah yang membuatku ada di dunia
ini.
“Okelah,
hanya sebatas gretakan saja kepada mereka, nak. Semoga dengan gretakkan seperti
ini mereka tak berlaku kasar lagi kepada kamu dan tidak menyuruhmu untuk
transplantasi jantung lagi” Terang tante Franda, aku pun menyetujuinya karena
hanya sebuah gretakan dan semoga apa yang diharapkan Tante Franda terwujud.
---
Malam ini,
semua keluargaku sedang berkumpul di ruang tamu berharap aku akan kembali.
Harapan mereka tak sia-sia, aku hadir di hadapan mereka kini.
“akhirnya
kamu datang juga, Christ” ucap Papa dengan senyumannya. Aku tau Papa tak
sekejam Mama. Dia hanya tak berani menolak perintah-perintah Mama.
Mama menarik
paksa tanganku, sambil mengacungkan jari telunjuknya tepat diwajah Om Michael.
“Ada urusan apa Anda dengan Anak saya, atau jangan-jangan Anda yang menghasut
anak saya untuk memberontak kepada saya..!!” tanya Mama kepada Om Michael.
“Mereka
orang yang baik, Ma” ucapku mebela mereka.
“Lucky,
bawa Adikmu ke kamarnya. Lalu kunci biar dia tidak bisa kabur-kabur lagi”
perintah Mama kepada Kak Lucky. Kak Lucky pun langsung membawaku ke kamarku,
sempat aku memohon kepada kak Lucky untuk melepaskanku tapi dia terlalu taat
kepada Mama. Aku tau dia terpaksa melakukan itu terlihat dari sorotan matanya,
dan bisikan yang tak sengaja mampir ke telingaku, meminta maaf.
Aku yang
kini berdiam di kamar masih dapat mendengar dengan sangat jelas pertengkaran di
ruang tamu antara Mama dengan Om Michael-Tante Franda.
“Yang perlu
Anda kecamkan baik-baik, kalau sampai Anda menyiksa anak Anda kembali,
tak sungkan-sungkan saya melaporkan Anda ke KOMNAS HAM”, kata terakhir yang
terlontar dari mulut Om Michael yang berupa ancaman yang ditujukan ke Mama.
---
Keesokan
harinya entah kenapa aku ingin sekali bertemu dengan kakakku, Cherly. Dengan
mengendap-endap aku keluar rumah tanpa sepengetahuan Mama menuju ke Rumah sakit
tempat kak Cherly di rawat.
Sesampainya
di depan ruang mawar, aku membuka pintu dan aku pun menyaksikan seseorang yang
teramat aku sayang terbaring lemah dengan berbagai alat menempel ditubuhnya.
Aku iba sekali melihatnya. Egoiskah aku jika tak memberinya kesempatan untuk
hidup normal di dunia ini? Selama hidupnya dia selalu bergantung pada orang
lain. Apakah ini saatnya aku memberi kehidupanku untuknya? Aku sudah merasa
hidupku tak berarti lagi, orang tuaku saja tak menyayangiku. Lantas apa lagi
yang aku harapkan kalau bukan kematian?
Aku duduk di
dekatnya, mengenggam erat tangannya. “Kak, mungkin hari ini, kali terakhir aku
mengenggengam tangan kakak, aku tak boleh egois. Aku akan memberikan jantungku
untuk kakak” ucapku pasrah yang ternyata terdengar oleh kak Cherly. “Jangan
Christ, Kamu masih bisa hidup lebih lama. Sementara kakak, kakak hanya menunggu
waktu saja malaikat menjemput kakak. Kakak mohon jangan sia-siakan
pengorbananmu, kamu sudah berkorban banyak demi kehidupan kakak. Mata ini,
menjadi bukti besarnya kasihmu kepada kakak” ucap Cherly. “Tapi, kak...”ucapku
menggantung. “Tapi Mama memaksamu? Tolak Dia. Kakak rasa jika kakak tak ada,
Mama akan berubah sifatnya ke Kamu, Christ. Dia akan menyayangimu” jelas Kak
Cherly. “Enggak Bisa...!! Mama hanya menginnginkan Cherly hidup bukan
Christy...!! “teriak Seorang Wanita paruh baya yang tiba-tiba datang
mengagetkan Aku dan kak Cherly. Kak Cherly yang lemah jantung langsung
merasakan sesak dada, namun Dia masih sempat menyuruhku untuk kabur dari Mama.
Tanpa pikir panjang pun aku menurutinya kembali Kabur. Mama yang pada saat itu
lebih mengkhawatirkan kondisi kak Cherly tak mempedulikanku kabur darinya.
Karena
saking takutnya aku, aku lari sejadinya, dan kembalilah kejadian waktu itu.
Naasnya aku tertabrak oleh Truk yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dan
nyawaku tak dapat tertolong.
---
Di sebuah
gundukan yang masih basah tertulis sebuah Nisan “Christy Saura Noela Unu”, yah
kini jasadku bersayam dalam kubangan tanah berukuran 2x1 meter, terlihat
beberapa orang menangisi kepergianku. Satu yang membuat aku merasa akhirku ini
tak sia-sia yakni melihat kak Cherly sudah dapat hidup dengan normal.
“Christ,
terima kasih atas kehidupan yang kamu berikan kepada kakak. Kakak akan jaga
baik-baik jantung pemberian darimu ini. Walaupun ruh kamu sudah tak lagi di
dunia ini, jantungmu masih berdetak memberi kehidupan untuk orang lain. Kakak
yakin Tuhan akan memberimu kedamaian di atas sana” ucap kak Cherly yang masih
menangis di samping makamku.
-The End-
Thanks For
Reading, Guys...:D
MinBie
Follow me
@HanBie08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar