Minggu, 27 Desember 2015

Last holiday (cerpen) Hanbie



Last Holiday

Wuih, first time buat FF bergenre ‘Pembunuhan’. Oia, ini sebagai permohonan maaf saya tidak bisa melanjutkan cerbung ‘Cinta Terlarang’.
Selamat Membaca.
Mohon komentarnya untuk perbaikannya...:)
.
.
‘Di sini senang, di sana senang, dimana-mana hatiku senang’

Sorak sorai lima anak manusia terdengar dari dalam mobil Honda Brio. Tanjakan, tikungan tajam ataupun turunan curam dilewati tanpa ada firasat buruk sekali-pun. Yang ada kini hanya kegembiraan setelah empat bulan lebih lamanya disibukkan setumpuk tugas kuliah, organisasi dan diakhiri dengan UAS yang seminggu lalu telah usai. Kini saatnya merayakan liburan semesteran, berusaha melepas kepenatan hidup di kota. Dan satu tempat yang di tuju adalah Puncak, berpesta barbeque. Wah, membayangkannya saja akan menjadi liburan yang menyenangkan kalau saja ...

‘Duggg’ Ponsel milik Billy si pengendara mobil terjatuh. Sekilas ia meliriknya, ponselnya sangat susah untuk digapainya.
“Chris, tolong ambilin Hp gue gih” Pintanya pada cewek yang duduk di sebelah kemudinya, nyatanya dihiraukan begitu saja oleh cewek bernama ‘Christy’ itu.
“Christy” Billy sedikit menoleh ke arahnya. Christy masih asyik memakukan pandangannya ke depan dengan ear phone yang terpasang apik di kedua daun telinganya. “Pantas aja dia nggak denger” gumamnya yang kemudian mengambil ponsel itu sendiri. Merogoh-rogoh ke bawah dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya masih diusahakannya untuk mengendalikan setir mobil. Susah rupanya. Nekad, mata Billy mengikuti gerakan tangan kirinya. Di tengok-tengok dan ...
“Awas, Bil...!!!” teriak Christy, Billy tersadar dan langsung mengangkat pandangan matanya. Dihadapan mereka terlihat sosok manusia berjubah hitam dengan tudung yang menutupi hampir sebagian wajahnya dan tangan kanan yang menggenggam sebuah garpu setinggi dua meter, layaknya malaikat maut. Billy kalut, diinjak rem mobil itu berkali-kali namun tak kunjung berhenti. Sementara sosok itu semakin dekat dengan mobilnya dan akan tertabrak. Tanpa pikir panjang Billy membanting setir ke arah kiri. Billy hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Tak disangka jalanan sebelah kiri itu merupakan jalanan menurun yang sangat curam dengan banyak pepohonan besar menjulang tinggi.
‘AAAAA..!!!’ teriak seisi mobil itu.
Dug.
Mobil sukses terhenti karena menabrak sebuah pohon dengan kencangnya, membuat seisi mobil terdorong kedepan tak terkecuali si pengemudi yang lupa menggunakan sabuk pengaman, kepalanya membentur setir mobil dengan keras.
.
.
Lama waktu berselang, belum ada tanda-tanda seorang diantara mereka yang sadar. Sampai jemari lentik milik seseorang bernama ‘Christy’ melakukan sedikit gerakan.
‘Auwhh’ Rintihnya memegangi pelipisnya. Berdarah. Matanya sedikit terbuka. Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Christy masih setengah sadar, menata memorinya mengingat kejadian sebelumnya. Hanya sosok berjubah hitam yang memenuhi otaknya. Mungkinkah itu sosok malaikat pencabut nyawa?
‘Arrggghh’ Kepalanya makin pusing akan pikiran-pikiran yang tidak logis. Di tengoknya ke arah kanan.
“Astaga, Bil” teriaknya membungkam mulutnya rapat-rapat. Kepala Billy bersimbah darah. Tak tega Christy melihat keadaan temannya seperti itu. “Billy, sadar. Bil” ucapnya menggoncangkan tubuh Billy. Namun tak juga sadar. Christy memberanikan diri membuka kelopak mata Billy. Putih, hanya sedikit lensa hitam yang masih terlihat. Dirabanya urat nadi bagian leher tepat di bawah daun telinga mendekat ke arah dagu. Tak ada denyutan nadi yang terasa. “Astaga Bil” Masih diiringi perasaan terkejut, Christy menoleh ke arah belakang untuk memastikan ketiga teman lainnya yang duduk di shaf belakang tidak bernasib sama seperti Billy yang telah kehilangan nyawanya.
Tak lama. Satu. Dua. Tiga. Morgan, Deva dan Angel secara berurutan mulai tersadar. Sama seperti Christy, mereka juga menanyakan apa yang sebenarnya terjadi?
.
.
Dilentangkannya tubuh Billy dalam pembaringannya, dan tak lupa Morgan menutup wajah Billy dengan sapu tangannya. Karena bagi mereka itu sangat mengerikan jika tetap dibiarkan terbuka. Lalu, mereka berdiri mengelilingi mayat Billy diiringi tangisan dari Angel. “Bil, kenapa lu harus pergi dengan cara yang tragis seperti ini?” Ditengoknya Christy yang masih berdiri menggigit ujung jemarinya, nampak sekali ketakutannya. ‘Kalau saja teriakannya tidak mengangetkan Billy’ Tatapannya tajam tak bersahabat.
Tiba-Tiba Angel mendekat ke arahnya dan ...
‘Brruugghhh’ Angel mendorong Christy sampai dia terjungkal ke belakang.
“Lu...!!! Lu penyebab Billy mati, Christy...!!!” Bentaknya kemudian, sambil menganggkat kerah baju Christy dan siap melangsungkan pukulan ke wajahnya. Mata Christy hanya bisa terpejam. Siap tak siap pipi mulusnya akan didaratkan sebuah pukulan. Christy sadar, ini salahnya. Andai tadi dia tidak teriak mengagetkan Billy semua akan baik-baik saja, tidak terjebak dalam kedaan seperti ini.
“Angel...!!!” Sayang aksi Angel dapat dihentikan oleh Deva yang dengan sigap menepis pukulan Angel yang hampir mengenai wajah Christy, lalu menghempaskannya jatuh ke tanah.
“Disituasi genting seperti ini, lu masih bisa menyalahkan orang. Dimana otak lu? Ha...!!!” Angel hanya bisa terdiam atas pembelaan Deva untuk Christy.
.
.
Deva membantu Christy untuk berdiri, “Lu nggak kenapa-kenapa kan?” tanyanya dan Christy hanya mengangguk. “Lu nggak perlu takut, bukan lu yang salah. Semua takdir, Chris” ucapnya sembari memberi rangkulannya.
“Makasih, Dev” dalam senyuman yang Christy tunjukkan tak disangka menyisakan sesak luka di hati sepasang mata yang melihat scene yang dilakoni oleh Christy dan Deva. Dia jeoleus. ‘Kenapa dia yang selalu jadi pahlawannya, Christy...!! Arrggghh’ Geramnya sambil mengeratkan genggaman tangannya lalu sekuat tenaga dipukulkan ke arah pohon sebagai pelampiasan emosinya.
.
.
Langit semakin senja, rasa lelah suntuk menghantui mereka. Bantuan juga belum datang. Kendala signallah yang menyulitkan mereka untuk mencari bantuan.
Angel hanya bisa duduk memeluk lututnya merasakan hawa dingin yang mulai merasuki tulang belulangnya. Disini, di dataran tinggi ini, semakin malam maka hawa akan semakin dingin. Angel menggosok-gosok kedua tangannya, lalu ia tempelkan ke beberapa bagian tubuhnya guna memberikan kehangatan.
Sedang Morgan, dia mengasah-asah pisau kecilnya yang sedari tadi ia gunakan untuk membuat ukiran tulisan pada sebuah pohon dan tak jauh dalam keadaan yang berhadapan dengannya, ada Deva dan Christy yang duduk dengan punggung yang menyender pada pohon besar. Rasa lelah, membuat Christy memejamkan matanya sehingga tak sadar dia tertidur dibahu Deva. Makin membuat seseorang yang melihatnya geram dan makin cemburu.
.
.
“Dev, gue pengin ngomong berdua sama lu” Pinta Morgan saat dirinya telah berdiri di hadapan Deva.
“Ngomong disini aja, Gan” Tolak Deva.
“Christy, masih tidur. Gue nggak mau kita ganggu tidurnya. Jadi sebaiknya kita agak menjauh dari sini” Usul Morgan yang membuat Deva menoleh kesebelahnya dan benar Christy tertidur. Kok dia tidak sadar yah?
“Okeh” dengan hati-hati Deva mengangkat kepala Christy yang menyender dengan nyamannya di bahu Deva.
.
.
Morgan dan Deva berjalan menjauh dari arena kecelakaan itu. Sebelumnya Angel melihat gelagat aneh dari keduanya, terbesit pikiran negatif ‘apa mungkin aku ( Angel ) dan Christy akan ditinggal berdua ditempat ini?’ Akhirnya Angel memutuskan untuk mengekor di belakang Morgan dan Deva dengan cara mengendap-endap.
.
.
Morgan berhenti sejenak, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada yang mendengar ataupun mengintip perbincangannya pada Deva.
“Disini aja, Dev”
“Lu mau ngomong apa sebenarnya?” sergap Deva tanpa basa-basi.
“Christy, cantik ya, Dev” Deva hanya mengangguk menyetujui apa yang Morgan utarakan.
“Kalau dia cantik emangnya kenapa?” tanya Deva kemudian.
Morgan mengambil sebilah pisaunya dari saku belakang celananya. Lalu, ia dekatkan pada wajah Deva, memutar-mutarkanya seperti bermain-main dengan benda tajam di tangan kanannya.
“Gue uda lama memperhatikan dia. Dan gue rasa gue cinta dengannya” ungkapnya yang membuat Deva terkejut.
“Jujur gue nggak suka lu sok jadi pahlawan di depannya. Dan gue harap lu bisa jauhin dia” Imbuhnya kemudian.
“Sorry, Gan. Gue nggak bisa ngejauhin dia, karena bagaimanapun dia sahabat gue. Dan gue akan selalu menjaganya dari cowok gila kayak lu” Tolak Deva mentah-mentah yang langsung menghantamkan pukulan tepat pada wajah Morgan sampai ia terjatuh.
“Lu...!!” sambil menyeka darah yang terlanjur keluar di sudut bibirnya, Morgan kembali bangkit. Dengan pisau yang masih ia genggam erat, ia layangkan ke arah perut Deva. Dan ...
‘Jleb...’ Deva terlambat menghindar, darah segar mengucur deras dari dalam perutnya. Tanpa belas kasih Morgan menarik kembali pisau yang telah menancap itu. Deva meraung kesakitan. “Morg....” rasanya ingin menyerang Morgan kembali, namun kondisinya sudah tidak dapat ia tahan, membuatnya ambrug di tempat.
.
.
‘Srrrrkkkk’ di balik pohon besar Angel melihat semuanya. melihat pembunuhan di hadapannya, tangannya gemetaran membuatnya bereaksi untuk kabur dari pandangan Morgan. Takut jika selanjutnya dia yang akan menjadi korban aksi psikopatnya Morgan.
Morgan mendengar, secepat kilat ia menoleh. Matanya bak elang pemburu mangsa. Dia. Angel melihatnya. Dengan gesit, Morgan mengejarnya.
‘Hap’ Morgan menarik rambut panjang Angel. Membuat langkah kaki Angel terhenti, menoleh berhadapan dengan Morgan.
‘Auuwhhhh’
“Gan, gue nggak ada urusan sama lu. Tolong jangan bunuh gue” Rengek Angel.
Sambil menjilat darah Deva yang telah ia bunuh, lalu ia putar-putarkan. Lagi-lagi dia bermain dengan pisau.
“Lu ngelihat gue bunuh Deva kan?”
“Nggak, gue nggak lihat”dusta Angel yang membuat Morgan emosi menampar Angel.
“Bohong, lu...!!!”
Angel terjatuh memegangi pipinya yang melebam, tangisannya pun pecah.
“Gue bisa lu jamin nggak akan bocorin apa yang gue liat tadi, Gan. Please jangan bunuh gue, gue masih ingin hidup...!!” dalam ketakutannya Angel masih memohon-mohon pada Morgan agar tidak membunuhnya. Namun bukannya Morgan luluh, Morgan malah menampar Angel untuk kedua kalinya. “Gue nggak percaya ama Lu, Angel...!!!”
“Gan, Please...!!!”
‘Srkkkkkk’ Morgan menyayatkan pisaunya pada leher Angel. Darahnya menyembur mengenai baju dan wajahnya. Angel tergeletak dengan mata yang masih terbuka.
Morgan langsung melemparkan pisau itu begitu saja ke tanah, muncul sedikit rasa bersalah pada dirinya. Apa yang sebenarnya dirasa olehnya? Kenapa ia mendadak menjadi psikopat seperti ini? Menjadi sosok pembunuh dua orang temannya. Arrgghhh. Morgan mengusap-usap tangannya yang penuh dengan darah ke celana jins yang ia kenakan, namun namanya darah tidak hilang begitu saja, apalagi darah Deva sudah ikut mengering seolah menyatu mewarnai telapak tangannya. Lebih baik bila dirinya kembali ke dalam mobil untuk mengambil air mineral guna membasuhnya.
.
.
“Shitttt...!! Kenapa nggak hilang-hilang?”
Dilihatnya Christy yang masih belum juga terjaga, sangat cantik jika dipandang matanya. Hasrat kelelakiannya muncul sedikit mengacuhkan problema darah yang menjadi saksi bisu pembunuhan yang Morgan lakukan terhadap kedua temannya.
Berjalan mendekati Christy, semakin dekat lalu berjongkok dihadapannya. Menikmati pemandangan indah itu dari dekat. Dibelainya menggunakan jemarinya, lembut menyentuh pipi Christy. Jarang berada dalam moment seperti ini. Sampai dia mendekatkan wajahnya, menyerongkan kepalanya ke arah kiri semakin dekat, seperti ingin mencumbu Christy. Sepersekian detik, dan jarak itu hanya terpaut lima centi meter mata Christy terbuka, dan dia kaget. Sontak mendorong Morgan yang ia kira cowok yang akan berperilaku kurang ajar terhadap dirinya.
“Morgan...!!!”
Morgan celingukan, layaknya maling yang ketahuan mencuri.
“eum, Christy. Lu udah bangun?” Basa-basi Morgan dalam salah tingkahnya.
“Yang lain kemana?” Tanya Christy yang hanya melihat Morgan di tempat ini.
“Yang lain ... ” Morgan enggan meneruskan ucapannya.
“Itu, kenapa di baju lu ada darah..?? Deva mana, Gan?” Morgan tak menjawabnya, emosi menyeruak dalam batinnya. Deva lagi. Deva Lagi. Apa di dalam hati Christy hanya ada Deva? Arrrrgh..
“Jawab, Gan..!!”
“Mereka ...” Masih juga Morgan menggantungkan kalimatnya.
“Mereka sudah menyusul Billy” imbuhnya kemudian.
Deg. Apa maksudnya perkataan Morgan ini? Christy sungguh bingung tak mengerti.
“Disini hanya ada gue dan lu. Kalau lu nggak ingin bernasib dengan mereka, lu nurutin gue...!!!”
“Jadi, kamu ...” Christy membungkam mulutnya tak percaya.
“Iyah, gue yang ngebunuh mereka” lanjut Morgan yang sontak membuat Christy memukulinya disertai isak tangisnya. “Tega kamu Gan, Tega...!!!” Tak masalah bagi Morgan, terus mendapat pukulan dari Christy. Christy sudah tak bertenaga, dan Morgan mampu menahannya. Lalu, dibekapnya Christy dalam rangkulannya. “Sorry, Christy. Ini karena gue sayang sama lu.” Christy memberontaknya. Erat sekali pelukannya. Sekuat tenaga Christy mencoba hempaskan dan itu berhasil. ‘Plak’ Christy telak menampar Morgan. “Psikopat lu, Gan” Christy berjalan menjauh dari Morgan.
.
.
Morgan mengejarnya, dan sukses menggapai tangan Christy. Lalu ditariknya tangan Christy dengan kasar.
“Ikut, Gue...!!!” Titahnya pada Christy.
“Lepasin gue, Gan...!!!” Christy memberontaknya.
Sisi psikopatnya pun muncul, dengan kasar dijatuhkanlah Christy sehingga ia tersungkur di tanah. Morgan mendekat membuat Christy makin ketakutan. Apa yang akan dilakukan Morgan kepadanya? Christy berjalan mundur bak suster ngesot menggunakan kedua tanganya yang menempel pada permukaan tanah. Makin mundur dan mundur. Deg. Mentog. Christy melihat kebelakangnya sudah tidak ada jalanan yang ada turunan terjal lagi. “Lu mau kemana lagi, Christy?” sadisnya Morgan menyerang sisi psikologis Christy yang makin ketakutan.
Morgan mendekat dan akan membekap dalam rangkulannya, Christy menaburkan tanah ke arah Morgan. Membuatnya matanya kelilipan. Morgan lengah, Christy langsung berdiri dibalik tubuh Morgan lalu menjorokannya ke jalan menurun. Morgan terguling-guling, sampai akhirnya tubuhnya tersangkut pohon besar. Di sebelahnya lagi-lagi, sosok berjubah hitam muncul dengan senyum menyeringgai menatap tajam Christy.
.
.
“Christy...” sesaat terdengar suara seseorang memanggil namanya, seketika kejadian-kejadian yang berlalu tadi berjalan mundur hingga dia dikembalikan ke tempat ini di kantin kampus dimana Morgan, Deva, Angel dan Billy merencanakan sebuah liburan esok hari. Namun mereka masih menunggu persetujuan dari cewek bernama ‘Christy’ karena sedari tadi dia sibuk melamun entah memikirkan apa.
‘Eum’ Christy tersadar. Pandangan aneh ada dihadapannya, perasaan beberapa detik yang lalu dirinya ditarik untuk menyaksikan sebuah drama keji dalam imajinasinya dimana dia dan teman-temannya menjadi lakon disana.
“Hey, kita nunggu jawaban lu, Christy” Deva membuyarkan kebingungannya. Yah, sebelum ini temannya bertanya, apakah dia mau ikut liburan bersama dengan mereka atau tidak dan Christy teringat akan pertanyaan itu.
“Besok yah?” Christy berbalik tanya, seolah enggan untuk menyetujuinya ia masih takut kalau lamunannya benar adanya. Sosok berjubah hitam itu. Tatapan terakhirnya. Seolah membayang-bayanginya terus.
“Tahun depan, Christy..!! ya besok lah” Angel nyablak.
“Gue nggak ikut deh” jawab Christy singkat.
“Christy, ayolah. Lu ikut yah” Deva memohon padanya sembari memainkan alis. Rupanya Deva juga bisa genit berharap bisa meluluhkan pendirian Christy.
“Gue punya firasat kalau kita mengalami kecelakaan mobil dan kalian mati hanya ... ”
“Hanya lu yang hidup” Lanjut Morgan dan Christy hanya menganggukan kepalanya.
Hening, lalu keempatnya tertawa lepas terbahak-bahak mendengar kalimat yang Christy lontarkan.
“Christy.. Sejak kapan lu punya six sense?” tanya Billy yang sedari hanya diam.
“Six sense?” Yah. Dari kecil Christy tidak pernah merasakan perasaan seaneh ini. Tapi rasanya begitu kuat, dan Christy takut kalau itu benar-benar terjadi.
“Okelah gue ngikut kalian gimana asyiknya aja” Jawab Christy membuat keempat temannya bersorai gembira, “Yeay..!! Puncak I’m Coming..!!!”
.
.
Sesuai apa yang mereka rencanakan kemarin, hari ini mereka liburan ke Puncak. Sebelumnya Christy meyakinkan diri untuk yang memegang kemudi. Namun yang lain tak percaya, Christy baru saja lulus dari privatnya menyetir mobil, jelas mereka tidak mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk dipegang dalam kendali Christy. Akhirnya fix Billy yang memang sudah ahli naik turun gunung yang mereka percaya mampu menjaga nyawa mereka selama perjalanan.

Diperjalanan mereka bernyanyi bersorak sorai persis dengan lamunan Christy kemarin. Disini, Christy sengaja tidak menggunakan ear phone ataupun terlalu fokus Bilihat ke depan. Ia akan standby kalau Billy memerlukan bantuannya umtuk mengambilkan sesuatu, karena yang dia ingat dalam lamunannya ada barang Billy yang terjatuh dan dia yang dimintai bantuan namun tidak mendengarnya alhasil Billy mengambilnya sendiri. Dan terjadilah kecalakaan na’as itu. Christy berusaha agar lamunannya tidak menjadi nyata.
‘Dugggg’ Ponsel milik Billy terjatuh. Cepat-cepat Christy yang melihatnya langsung mengambilkannya.
“Ini, Bil” Ponsel itu langsung diserahkan pada Billy
“Makasih, Christy” Senyum itu sangat tulus.
Billy memijit-mijit keypad hand phonenya, untuk menelpon seseorang.
“Halo. .Iya. Nanti kita langsung ketemu di Puncak aja. Kita pesta barbeque. Oke?. .Gue bareng teman-teman gue, pokonya disana kita have fun lah, ...” Asyik sekali Billy bercakap-cakap dalam keadaan menyetir dijalanan yang tidak bersahabat seperti jalanan ini.
“Bil, Fokus jalan Bil” Christy mengingatkan.
“Sebentar yah ... “ Ujar Billy pada seseorang di ujung telp itu.
“Bawel banget lu, Chris. Gue udah biasa keyak gini. Suntuk kalau cuma diam” jelasnya pada Christy.
“Iya deh, terserah lu, Bil” Christy menyerah.
“Maaf, yah. Tadi temen gue bawel banget, hehe. Iya...” Billy kembali bercakap-cakap.
Lagi. Sosok manusia berjubah hitam itu muncul kembali seperti ingin menghalangi jalan yang mereka lalui.
“Awas, Bil...!!!” Teriak Christy yang membuat Billy kalut karena sosok itu semakin dekat dan dia tidak bisa menginjak rem mobilnya, alhasil persis dengan lamunan Christy, Billy membanting setir ke arah kiri dan Billy tak mampu mengimbanginya, ia lepas kendali sehingga menabrak pembatas jalan kiri.
‘Brrrrkkkk’ Mobil Biluncur ke arah jalanan menurun.
“Aaaaaaaaa....!!!!”

- The End-

Kita tidak tau apa yang terjadi hari esok. Berapa rejeki yang kita dapat? Dengan siapa kita berjodoh? Begitu juga dengan misteri kematian. Kita tidak tau kapan kita mati? Dimana kita mati? Dalam keadaaan bagaimana kita mati?
“Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S.Al-Munafiqun)
Mungkin kita meninggal dalam kecelakaan tragis atau-kah khusnul khotimah. Untuk itu, persiapkan diri untuk akhir hidup yang indah dengan cara memperbaiki kualitas diri dengan tauhid dan ibadah.
“Saat kau meninggal dunia, kira-kira apa yang akan dikatakan oleh orang terdekatmu tentang dirimu, orangtua/ keluargamu, sahabatmu atau rekan seprofesimu?” (Stephen.R Coney)
Ibarat pepatah, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang” begitu juga manusia, ia mati meninggalkan nama. Entah itu nama baik atau nama buruk. Persiapkan akhir hidup kalian dengan sebaiknya.

Terima kasih...:)
Hanifah Nofel Arguie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar