Minggu, 27 Desember 2015

Mamanya.. (Cerpen) Hanbie



Mamanya*

Wuih, muncul FF gaje bin pendek nih. Dibaca syukur, Di-like dan koment Alhamdulillah, apalagi yang membangun karena itu suatu penghargaan bagi kita-kita sang penulis. Selamat membaca...:)



Satu rintanganku punya sering buatku bertanya, “kuat-kah ku dengan mamanya?”
Ku mau terus bersamanya, tetap menjadi pacarnya tapi cuma satu yang ku takut... MAMANYA...!!!!

Seorang gadis berparas indo oriental dengan rambut panjang terurai terlihat serius mencurahkan kegalauan hatinya lewat tulisan dalam buku diary-nya. Baginya kini siapa-pun termasuk sang pacar mungkin akan menganggapnya aneh. Bagaimana tidak? Dia galau bukan karena diputusin oleh sang pacar, akan tetapi dia takut dengan sosok ‘Mamanya’ pacar yang mungkin jika dilihatnya saja bagaikan hantu nyai kunti yang siap untuk menerkamnya saat dirinya berani menampakkan diri dihadapannya.

.
.

‘Seberapa besar rasa cintamu untuk anakku, Christy?’

Hah. Pertanyaan konyol macam apa ini? Jika saat itu aku menjawab, “dia segalanya untuk aku”. Apakah Mamanya akan percaya? Itu klise. Terlalu modus. Tapi, sungguh mati aku sangat mencintai anakmu, tante. Meski terlihat aku jahat karena jarang punya waktu untuk menemani dia, bukan berati aku tidak peduli dengan anakmu. Kesibukkan kita sama-sama menyita waktu untuk tidak selalu saling bersama. Percaya-lah itu bukan penghalang rasa perhatian kita satu sama lain.

.
.

‘Arrggghhhh’ Christy menutup kasar buku diary-nya. Kesal mungkin. Pikirannya berlalu lalang, dipenuhi dengan pengalaman pertama bertemu dengan calon mertua. Christy hanya bisa bungkam menanggapi ocehan Mamanya Morgan, pacarnya. Seribu kalimat yang ia persiapkan untuk menyela atau bahkan membela diri terasa kaku untuk diucapkannya. Sosok Mamanya persis dengan gaya tokoh antagonis ala sinetron, dengan tatapan sadis cukup membuat Christy gemetaran. Sesaat nampak wajahnya menjadi pucat pasi hingga telapak tangan berkeringat dingin. Mencerminkan sekali betapa takutnya Christy pada Mamanya Morgan.

“Help, Me. God....!!!”

Gusarnya menenggelamkan kepalanya diantara dua tangan yang bertumpuk menempel di atas meja. Frustasi, depresi, stress. Mungkin itu rasa yang ingin Christy perlihatkan dalam polahnya. Apakah ini tanda-tanda Tuhan tidak menakdirkan dia berjodoh dengan Morgan? Entahlah. Gambaran awan putih muncul di atas kepalanya. Imajinasinya bermain memerankan sosok Christy yang mendadak punya nyali bertemu dengan Mamanya Morgan.

‘Calon istri Morgan haruslah gadis yang pandai memasak’


Christy teringat akan pesan Mamanya itu, seketika itu muncul-lah ide gila dalam otaknya ‘perlu-kah aku berpura-pura pandai memasak agar Mamanya merestui hubungannku?’

Christy-pun bergegas ke toko kue mencari cup cake kesukaan Mamanya Morgan.
Matanya menyusuri tiap etalase yang tersusun rapi. Di dalamnya berisikan kue-kue cantik nan lezat.

“Yang ini mbak. Dibungkus 1 dos yah” pintanya lembut pada pelayan toko kue, ia menunjuk pada cup cake yang rasa coklat. Coklat itu manis, dan manis akan selalu membuat seseorang menjadi happy. Bisa jadi Mamanya Morgan akan bahagia saat bertemu dengannya. Pikir Christy dalam imajinasinya.

.
.

‘Tok. Tok. Tok’

Wanita paruh baya keluar guna membukakannya. Terlihat gadis cantik yang sangat dikenalnya. Tanpa rasa berdosa gadis itu menyimpulkan senyum ramah padanya. ‘Sudah punya nyali-kah dia untuk bertemu dengan saya?’ pikirnya kemudian. Dia melihat gadis dihadapannya dari ujung kaki sampe ujung kepala. Benar dia Christy, pacar anaknya. Tapi, ada sesuatu yang sedikit mengganjal pemandangannya, Christy berkunjung ke rumahnya tanpa diantar atau bersama dengan Morgan. Ada apakah gerangan?

“Kamu kemari tidak bersama dengan Morgan?” Tanyanya pada gadis itu.

“Nggak, Tan. Aku sengaja kesini cuma mau memberikan cup cake ini buat tante” jawab Christy sembari memberikan satu kotak berisi cup cake coklat yang tadi dia beli.

Mamanya menerima pemberian Christy itu, namun pikirannya terbesit sebuah pertanyaan, ‘bagaimana anak ini bisa tau dirinya penyuka cup cake?’ Berlagak acuh tak peduli dengan apapun yang menjadi jawabannya, yang pasti yang dirinya tau, ini pasti ulah anaknya yang mungkin pernah menceritakannya pada Christy.

“Di coba ya, Tan. Ini buatan Christy sendiri lho” dustanya berpromo ria.

Masih dengan tatapan sadisnya, Mamanya menatap Christy. Raut wajahnya menyiratkan ketidakpercayaannya akan apa yang Christy utarakan. Christy gitu lho? Anak jaman sekarang? Apa iya bisa masak? Apalagi wanita karier seperti dia? Tiap hari sudah pasti menghabiskan waktu di kantor menghadapi setumpuk laporan keuangan. Mana sempat dia masuk dapur? Bisa jadi sekedar membuat mie instan sekalipun, pasti pembantunya yang akan membuatkannya.

“Oia. Tan, boleh Christy masuk?” pintanya sembari melongok ke arah dalam rumah Mamanya, kosong sepertinya. Mungkin ini kesempatannya untuk lebih dekat dengan Mamanya.

“Ouwh. Silahkan. Anggap saja rumah kamu sendiri” senyum ramah nampak diwajah Mamamanya.

U...Yeah..!! Mamanya bisa senyum. Hanya dengan sogokan cup cake, Mamanya bisa sedikit terluluhkan. Mungkin. Semoga ini bukan akal-akalan Mamanya untuk ... Ah, sudahlah berpositif thinking saja.

Mereka masuk kemudian duduk dengan posisi yang masih berhadapan. Mungkin Mamanya masih enggan untuk duduk dekat-dekat dengan Christy. Dan masih dalam keadaan saling diam, Mamanya mencicipi cup cake pemberian Christy. Eits, tunggu. Ada yang aneh. Saat Mamanya memasukkan cup cake itu ke dalam mulutnya. Ini rasanya persis dengan cup cake buatan toko langganannya. Tidak salah lagi. Lidah Mamanya memiliki sensor rasa. ‘Sudah saya duga, anak ini hanya membohongiku saja’ ungkapnya dalam hati. Ingin marah langsung, tapi jangan-lah. Sepertinya akan lebih indah jika ...

“Christy” panggil Mamanya tiba-tiba...

Christy yang sedang mengotak-atik gadgetnya langsung memberhentikan aktivitasnya, lalu memandang ke arah Mamanya. “Eh. Iya, tan. Maaf. Christy sibuk sendiri. Ada apa yah?” jawabnya tak enak hati.

“Tante cuma mau tanya, kamu beneran bisa masak?”

“Ha..!!” Christy mendelik mendengar pertanyaan Mamanya.

“Bii..bisa tan. Kenapa ya?” Duh. Firasat apa ini? Apa Mamanya mencurigainya?

“Tante minta tolong sama kamu buat siapin makan siang. Yah, itung-itung buat belajaran kamu mengurus anak tante yang akan jadi suamimu. Nasi goreng cukup-lah, kamu pasti tau kalau Morgan sangat suka dengan Nasi Goreng?”

“Ha.!!” Lagi. Christy terkejut. Sumpah ini diluar perkiraannya. Mana mungkin Christy bisa memasak? Nasi goreng lagi? Duh. Aneh-aneh saja Mamanya. Pasti Mamanya curiga dan sengaja menjebaknya dalam ujian memasak. Oh..Tidak...!!! Help, me. God...!!!

“Gimana, Christy? Harus bisa lho yah, apalagi kalau mau jadi menantu tante” Haish. Pake acara mengancam pula nih Mamanya. Parah Gila...

“Bii...bisa kok, Tan. Hehe” jawab Christy gelagepan. Bisa apanya Christy? Bisa makan tah iyah. Ini bumbunya apa saja? Christy dibuat pusing tujuh keliling.

.
.

Mamanya berbaik hati menuntun Christy ke arah dapur. Mereka berjalan beriringan, sesekali Mamanya merangkul bahu Christy, mungkin untuk merasakan betapa gugupnya Christy saat ini.. ckkk

“Kalau kamu perlu wajan, ada di dalam lemari itu. Teflon, juga ada di sana. Bumbu di lemari atas yah. Haduh, kok tante jadi yang cerewet. Pokoknya kamu cari saja, kan sudah mau jadi menantu Tante. Anggap saja dapur sini seperti dapur rumahmu”

“Iiii..iya tante”

“Ya udah tante tinggal dulu. Yang enak yah” Pinta Mamanya. Ini sengaja mengejek atau menghina?
Mata Christy mengitari peralatan dapur yang jarang disentuhnya, pikirannya berputar-putar mencari akal bagaimana dia meracik bumbu untuk nasi goreng sedangkan dia tidak tau apapun meski sekedar nama bumbu, paling cuma garam. Udah, lalu apa lagi?

“aha...!! buat telor aja dulu” ckck.

Good idea Christy. Tapi apa iya dia bisa?

‘Telor. Telor. Kamu dimana?’ membuka lemari es, disitu tersedia dua jenis telur. Ada yang jenisnya lebih besar, itu telur bebek. Dan sebagiannya lagi lebih kecil, jelas itu telur ayam kampung. “Biar mantap ambil yang ini aja deh” ambilnya pada telur yang rupanya besar memanjang. Lalu, dia beranjak ke lemari yang Mamanya tunjukan tadi. Saatnya mencari teflon. ‘Ini dia’ ambilnya kemudian. Lalu perlu apa lagi yah? Otaknya mulai berpikir. Ahaa. Margarin atau minyak sayur mungkin? Dia mengobrak-abrik dapur Mamanya. Sampai dia mendapatkan apa yang dia mau. Sekarang saatnya dimulai. Christy kamu pasti bisa...!!! semangat dirinya pun muncul.

Ia memanaskan margarin sampai meleleh terlebih dahulu. lalu mengetuk telur, dan ...

‘Ceesssss’ Yeay..ternyata mudah juga. Terus ini butuh apa lagi? Haduh, sendok yang buat ngebolak-baliknya. Apa yah namanya? Katanya author itu namanya ‘susuk’ aduh bahasa indonesianya apa? Christy juga lupa.

Dia mencari barang yang dimaksud, lama...tercium bau yang agak menyengat. Sepertinya gosong deh? Cepat-cepat dia melajukan langkahnya pada kompor gas. Wah...sudah berasap.

“Christy...!!!!” teriak Mamanya cepat-cepat menghampirinya. Sudah pasti Christy akan dimarahi telak oleh Mamanya.

‘Ceklek’ Sigap Mamanya mematikan kompor gas itu. Lalu memandang ke arah Christy yang mematung menggigit jari telunjuknya. Ketakutan mungkin. Mata Mamanya juga berubah tak seramah tadi ketika mengantarkannya ke dapur ini. Oh..No...!!! Siap kena omel.

“Christy...!!!” Geram Mamanya mendelik siap memangsa cewek cantik dihadapannya.
.
.
“Maaf tante..Maaf... Christy nggak sengaja”

“Kak...!! jangan teriak-teriak deh, berisik tau...!!”

‘Tusss’ Awan di atas kepalanya meletus seiring pejaman mata yang terbuka. Kepalanya keliyengan, degup jantung yang masih terasa saat Mamanya mengomeli dia tanpa jeda.

“Chelsea? Kok kamu di kamar kakak?” ucap Christy kala sadar dari imajinasinya mendapati adik semata wayangnya ada di dalam kamarnya, entah mau apa yang pasti Christy tidak suka adiknya masuk ke dalam kamarnya itu.

“Yee.. Kalau nggak disuruh Bunda buat panggil Kakak, Chelsea juga ogah masuk kamar Kakak yang berantakan kayak gini...!!!”

“Nih bocah yee? Emang bunda uda pulang?”

“Belom. Bunda masih di Aussii”

“Aussi??”

“Yaelah, udah deh kakak turun di bawah ada bunda ama calon menantunya?”

“Calon menantunya?”

“Kakak jangan kebanyakan mikir deh. Gini nih, makanya Chelsea nggak mau pinter takut kalau otaknya error kayak Kak Christy”

“Chelsea...!! Kamu..!!”

“Bener kan? Katanya IPK tertinggi di UI? Tapi... LEMOT... wleee” ejek Chelsea langsung berlari keluar kamar karena Christy sudah siap untuk menjitak kepalanya. Nih, anak sudah berani mengejek kakaknya sendiri. Mereka pun jadi kejar-kejaran.
.
.
“Bundaaa...!!! Kak Christy nakal..!!!” Adu Chelsea saat sudah berada di area ruang tamu bawah, lalu memeluk Bundanya, manja.

“Christy..!! Bunda pikir kamu sudah siap? Ada Morgan tuh, katanya udah janjian. ni malah main kejar-kejaran ama chelsea. Kapan dewasanya kamu, nak?

“Christy lupa Bunda” jawab Christy sesingkat mungkin.

“Gan, tunggu bentar yah, aku mau siap-siap” Lanjutnya pada Morgan.

“Hapus ilernya juga tuh, Kak..” Chelsea benar-benar jahil rupanya menyulut emosi Christy yang hampir melakukan aksi jitaknya kembali.

“Udah, Christy. Udah. Nggak enak tuh, Morgan nungguin kamu sudah lama”
.
.
Di tepian danau buatan manusia dekat taman kota, bebek-bebek berenang dengan anggunnya menambah kesan romantis sepasang kekasih yang sedang berada di sana di atas tikar yang digelar di bawah pepohonan rindang, sepoi-sepoi angin ikut memberi andil dalam kenyaman kedua insan yang sedari tadi hanya diam. Yah. Meskipun mereka sedang berdua, Christy belum membuka suara, dia masih kepikiran dengan Mamanya Morgan. Bagaimana caranya untuk menaklukannya? Ide gila seperti imajinasinya pun membuatnya masih deg-degan sampai sekarang.

“Mama nggak segalak yang kamu pikirkan, Chris” ucap Morgan seolah mengetahui apa yang menjadi beban pikiran Christy saat ini.

Christy tersadar ada seseorang di sebelahnya, dan dia pun menoleh. “Tapi, Gan. Mama kamu itu ...”

“Mama itu perlu kamu yakinkan kalau kamu memang benar pantas buat aku” Morgan melanjutkan kata-kata Christy yang ia potong.

“Hmmm...” Christy menghela nafas panjang, lalu menunduk dan kembali terdiam tak menanggapi ucapan Morgan. Haduh, Morgan salah ngomong nih kayaknya. Christy pasti jadi kepikiran mau berusaha apa lagi untuk menakhlukan Mamanya.

“Coba deh liat sana...!!!” Perintah Morgan sambil menunjuk ke arah sesuatu. Seketika pandangan Christy mengikuti arah telunjuk Morgan. Dan ...

‘Cuppp’ Yah. Morgan mengecup pipi Christy dan membuat Christy menoleh kembali ke arah Morgan. Lalu, memukul lembut bahu Morgan. Wajahnya memerah, malu-malu kucing dan salah tingkah.

‘Nggak lucu ih..’ ucapnya melipatkan tangan di dadanya.

“Terus...?”

“Kamu harus punya SIM dulu”

“SIM?”

“Iyah, Surat Ijin Mencium aku...”

“Ouwh, gitu. Ya udah aku mau pergi aja dari sini” Yah. Morgan jadi ngambeg.

“Mau kemana?” tanya Christy.

“Mau ke kekelurahan, mau buat surat keterangan tidak mampu meninggalkan kamu” gajenya Morgan bercanda, berharap mampu mencairkan suasana hati Christy.

“Morgan...!!” Bibir Christy mengerucut. Cemberut. Makin emesh-emesh melihat pipi-nya.

“Eum. Kata Mama aku harus menjadi lelaki yang setia. Aku sudah memilih kamu buat jadi pasanganku. Mungkin di luar sana banyak wanita cantik bak sang dewi, tapi hatiku sudah terikat oleh keindahan seorang bidadari sepertimu. Kadang aku ingin bertanya pada para penghuni kahyangan, mengapa merelakanmu untuk turun ke bumi ini, apa mereka tidak merasa kehilangan?”

“Ih. Modus”

“Lebih baik modus tapi apa yang keluar dari mulutku ini sebuah ketulusan. Daripada tulus tapi
ternyata modus. Hayooo?”

“Nggak dua-duanya”

“Come on, Christy. Jangan ngambeg mulu lah. Soal Mama, kita sama-sama berjuang. Aku yakin Mama akan merestui hubungan kita”

“Ayo..!!!” Christy berdiri.

“Ayo kemana?” Morgan masih enggan untuk berdiri.

“Ke rumah Mama kamu, aku pengin liat se-gentel apa kamu? Jangan-jangan kayak waktu itu”

“Christy...sudah-lah”

“Tuh, kan..!! Modusnya kamu mau berjuang bersama-sama. Nyatanya membela aku di depan Mama kamu pun, kamu nggak mampu. Mama butuh kamu buat meyakinkannya bukan hanya aku”

“Christy...”

“Apa lagi? Kamu nggak berani kan? Sudah aku duga” Akhirnya luapan emosi Christy tersampaikan juga. Wajar Jika Christy sebal, marah, capek dengan yang Morgan tidak pernah sekalipun bisa membelanya kala berhadapan dengan Mamanya.

“Hey...!! dengerin penjelasan aku dulu, Christy...!!!” Teriak Morgan mengejar Christy yang beranjak pergi.

‘Hap’ Tangan Morgan mampu meraihnya. Perlahan dia paksa Christy membalikan badanya dengan memegang kedua bahu Christy.

“Dengerin aku. Aku bangga atas usahamu, Chris. Itu menandakan kamu benar-benar tulus mencintaiku. Ketakutanmu tidak mendapat restu Mamaku, itu motivasiku untuk meyakinkan Mama”

Morgan merogoh saku celananya guna mengambil sebuah kotak kecil berisikan cincin emas. Dibukanya, lalu diperlihatkannya pada Christy.

“Kata Mama ini untuk calon menantunya” selanjutnya ia meraih tangan kiri Christy, lalu mengenakan cincin itu ke jari manis Christy.

Deg. Sungguh?

“Gan” ucap Christy terharu bahagia, senang dan apalah itu bercampur jadi satu, dia memeluk Morgan seerat-eratnya. Semoga ini bukan mimpi lagi.

The End


Terima kasih...


Credit by Hanifah Nofel Argubie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar