The Happy Ending
Cast : Cristy saura
Morgan Winata
Rafa
"Kenapa bukan ayah
yang menjemputku " Tanya anak laki laki yang baru menginjak bangku sekolah
dasar tingkat 3 ini
"Ayahmu sibuk,
makanya aku yang jemput mu" jelas Christy, wanita paruh baya yang mau gak
mau menjadi ibu dari anak ini.
"Aku gak mau sama
tante, aku gak mau pulang kalau bukan ayah yang jemput" dengusnya sambil
melipat kedua tangannya didada.
"Kenapa begitu? Sama
saja kan? Apa kamu gak mau ikut denganku ke mall?" Christy berusaha
mengiming imingkan Rafa sesuatu, mendengar itu Rafa pun langsung masuk ke dalam
mobil.
Christy..
"Aku serahin semuanya ke kamu, jaga rafa baik baik ya. Permintaan
aku hanya satu, aku cuma ingin kamu yang bisa menggantikan posisi aku, bukan
perempuan manapun" Angel,
Aku ingat betul dengan
kata kata itu, Kejadian itu sudah berlangsung hampir setengah tahun yang lalu,
saat Angel mengaitkan tangan ku dan Morgan. setelah itu, nafasnya habis.
Aku teramat sangat shock,
bagaimana bisa Angel memintaku untuk menggantikan posisinya. Angel dan Morgan
adalah temanku semasa kuliah. dulu Morgan sempat menembakku tapi aku menolaknya
karna akupun tau Angel lebih mengagumi Morgan ketimbang aku yang hanya
sekedarnya. Sampai mereka akhirnya menikah dan memiliki anak bernama 'Rafandra
Marcelio Winata' pada saat itu juga Angel divonis mengidap kanker darah stadium
akhir dan akhirnya angel menghembuskan nafas terakhirnya di hadapanku.
Sekarangpun aku hampir 1
tahun menjadi istri resmi Morgan, aku masih tak mempercayai ini sepenuhnya dan
apa kalian tau? Aku tengah mengandung anaknya :D
"Sampai kapan kita
disini? Ayahmu pasti sudah menunggu di rumah" aku menghampiri Rafa saat
tengah serius dengan permainan yang ia mainkan, ia nampak sangat mungil,
sayangnya ia tak menyukaiku. Ia memanggilku bunda hanya bila ada Morgan.
"Koinku habis,
tolong belikan aku lagi" pintanya, aku terbelalak pasalnya aku sudah dari
siang berada di sini sampai sekarang pun hampir magrib masa iya anak ini tak
mau pulang.
"Rafa ini sudah
malam kita harus pulang" aku sedikit menghentaknya
"Kenapa? Aku hanya
minta uang tante sedikit, uang tante uang ayahku juga kan" dengusnya,
yaudah aku pasrah, melambaikan tangan ke kamera sambil bilang 'saya nyerah'.
Setelah itu aku memberinya selembar uang warna biru dan ia pun langsung melesat
entah kemana. Pyuhh -,-
---
"Ayahhhhh Rafa pulanggg"
teriak Rafa dengan cerianya, ia pun jalan tak beriringan dengan Christy karna
setelah mobil masuk garasi ia langsung berlari masuk.
"Ya ampun
Christyyyy" Morgan dengan cepat menghampiri istrinya yang tengah membawa
banyak barang belanjaan, sedangkan Rafa ia hanya mendengus kesal dan masuk ke
kamarnya.
***
"Hueekksssssss"
ESnya banyak, pagi ini Christy rutin keluar masuk kamar mandi Morgan yang
melihat itupun cukup cemas.
"Mual ya sayang?
Kamu pucet banget" Morgan terus sedikit memijat tengkuk Christy yg tengah
asik mongkek *bahasamana?
"Kamu istirahat aja
ya, gak usah ngapa ngapain. Tapi dulu waktu Angel hamil Rafa gak separah ini
loh" Christy menghentikan aktifitasnya, ia mendadak gak mood lagi muntah
tapi sekarang bisa dibilang mulas mendengar pernyataan morgan.
Raut wajah Christy
mendadak berubah saat Morgan lagi lagi membanding bandingkan dia dengan Angel.
Istri mana yang kecewa mendengar suaminy membanding bandingkannya dengan mantan
istrinya.
"Aku Christy bukan
Angel dan aku gak akan pernah jadi Angel" pekik Christy.
---
Siang ini Rafa baru saja
sampai dirumah dan kedapatan tak ada orang sama sekali. Rasa lapar yang
menghantuipun membuat Rafa mau gak mau mencari keberadaan Christy.
Dengan ragu ia
menghampiri kamar ayah bundanya dan beberapa kali mencoba mengetuk pintu tapi
tak ada yang merespon, akhirnya Rafa memutuskan untuk membuka pintu kamar
tersebut. Ia melihat Christy yang tengah tertidur dengan balutan bad covernya,
namun mendengar ketukan pintu Rafa tadi membuat Christy terusik.
"Rafa, ada
apa?" Tanya Christy lembut, Rafa pun beranjak masuk tapi hanya sampai di
ambang pintu kamar Christy.
"Hmm.. anu.. mm..
aku lapar, bisa buatkan aku makanan?" keluhnya sambil menundukan kepalanya
karna malu, Christy pun tersenyum lalu hendak bangkit menyibak bad covernya.
"Hmm.. tadi ayah
bilang bunda tengah sakit, jadi kalau memang masih sakit ya gak usah"
tukas Rafa tegas.
"Aku bisa membeli
makanan sendiri di depan" lanjut Rafa.. Christy mendekat
"Aku baik baik saja,
aku sudah sembuh saat mendengarmu mamanggilku bunda" Christy mendekat
sambil mengacak acak rambut Rafa, setelah itu berlalu meninggalkan Rafa,
sedangkan Rafanya sendiri masih tercengang tak bisa menyangka bahwa ia akan
menyebutkan kalimat itu tanpa dihadapan ayahnya.
"Terimakasih atas
makan siangnya aku ke atas dulu"
"Hmm.. yasudah
jangan lupa tidur siang ya" ucap Christy, Rafa menoleh lalu mengangguk
setelah itu lari menuju kamarnya.
***
Morgan kini membuka pintu
kamarnya, ia mendapati Christy yang tengah tenggelam dalam telapak tangannya,
ia terdengar terisak. Morgan dengan hati hati menghampirinya.
Morgan merengkuh bahu Christy dengan lembut,
"Aku janji gak akan
khilaf lagi se9erti tadi pagi" ucap Morgan, Christy masih tak menjawab ia
masih terhanyut dengan tangisannya.
"Gan.. aku nyerah
yah" Christy membuka kedua tangannya lalu menunduk lesu, Morgan menunjukan
wajah penuh tanda tanyanya.
"Aku nyerah, sampai
kapanpun aku gak bisa jadi Angel, aku gak bisa jadi bunda yang baik buat Rafa
dan Rafa gak suka sama aku.. aku capek.." keluh Christy, kini Morgan
memeluknya erat.
"Kamu kok ngomongnya
begitu, aku mencintaimu bagaimana pun bentuk kamu, gak perlu jadi Angel.. cukup
jadi diri kamu sendiri aja, princessnya aku" Morgan mengangkat kepala
Christy, memegang kedua pipinya yang masih dibanjiri dengan air mata.
"Masalah Rafa, dia
masih kecil.. dia masih terpukul dengan kepergian bundanya yang begitu
mendadak. Dia itu anak yang baik, semua butuh proses untuk meluluhkan
hatinya" jelas morgan, Christy dengan cepat memeluknya erat.
"Tapi dia gak suka
sama aku.. aku sedih saat dia memanggilku tante, aku juga sedih saat berkali
kali kedapatan kamu memanggilku Angel, aku nyerah Gan.. aku tau kalian belum
bisa menerima kehadiranku, tapi asal kamu tau hal sesepele itu bisa jadi amat
sensitive di fikiran aku sekarang" Christy
"Maaf.. aku tak
pernah menyadari itu, tolong maafin aku ya sayang.. aku akan berusaha bicara
baik baik dengan Rafa" jawab Morgan yang masih asik mengelus elus rambut
panjang Christy.
Christy hanya bisa
mengangguk dalam pelukan morgan.
--
Pagi ini rafa masih
menutup pintunya rapat rapat, morgan yang hendak berangkat ke kantor pun
berusaha membujuknya karna ia yakin inipun atas kesalahannya semalam karna
sudah membentak rafa. Kini morgan berjalan beriringan dengan christy yang membawa
nampan berisi sarapan untuk rafa.
Setelah morgan berhasil
membujuk rafa untuk membuka pintu, mereka masuk. Christy meletakan sarapan di
meja setelah itu keluar lagi karna tak mau mencampuri urusan morgan dan rafa
yang terbilang sama sama keras kepala.
"Rafa, ayah minta
maaf ya" jelas morgan.
"Gak perlu, gak ada
yang perlu di maafin.. ini salah rafa, salah rafa yang gak pernah suka sama
tante christy" rafa masih duduk membelakangi morgan.
"Kalau ayah boleh
tau, apa penyebab kamu gak pernah suka sama bunda?" Tanya morgan dengan
sangat hati hati menyentuh pundak rafa.
"Yang jelas bunda
rafa cuma satu" rafa masih kekeh sama prinsipnya kalau tak ada yang bisa
menggantikan posisi angel sebagai ibunya.
"Kenapa sih kamu tuh
egois banget! Dulu waktu bunda angel berteman dengan bunda christy kamu baik
baik aja bahkan sayangkan sama bunda christy? Tapi kenapa sekarang kamu
berubah?" Tanya morgan.
"Itu dulu yah..
selagi tante christy masih jadi temen bunda, bukan pengganti bunda!"
Teriak rafa. Morgan shock melihat rafa yang baru baru ini berani berbicara
dengan nada tinggi dihadapannya. Morgan langsung keluar dari kamar Rafa sambil
menutupnya dengan kencang lalu menguncinya dari luar.
Tak lama setelah itu,
christy memutuskan untuk membuka kamar rafa.
Christy..
Sore ini hujan turun
cukup lebat, aku yang malas pun menjadi sangat malas karna cuaca yang amat
mendukung ini.
Aku menarik selimutku,
lama kelamaan aku belum bisa untuk terbang ke dunia mimpiku. perutku serasa tak
enak, mulai kembali ada rasa mual dan sedikit nyeri, ntah karna apa. Aku
kembali membuka bad coverku, selintas aku teringat akan rafa dan akupun
memutuskan untuk ke kamarnya sekedar mengontrol keadaannya.
Rasa pening di kepalaku
tiba tiba saja muncul saat aku beranjak bangun dari ranjangku. Aku memaksakan
semua dan mengabaikan apa yang aku rasakan.
Belum sempat aku membuka
pintu kamarku, aku mendengar ada yang berlari lari dari bawah sana, dengan
cepat aku melesat keluar dari kamarku. Sesampainya aku di kamar rafa aku tak
mendapati batang hidungnya, akupun mulai menarik nafas panjang panjang dan
memutuskan untuk menuruni tangga.
"RAFAAA!!"
Pekik ku dahsyat saat melihat lantai bawah sudah dipenuhi oleh lumpur dengan
jejak kaki anak kecil, kepala ku langsung semakin pening melihat ini semua.
"Hallo.. bundaa"
ledeknya sambil menyapaku yang kini terduduk lemas di tangga bawah. Rafa masih
asik bermondar mandir dari halaman belakang sampai ke seluruh bagian rumah
dengan kakinya yg kotor.
"Rafaaa.. apa yang
kamu lakukan" pekik ku.
"Mencari
kebebasan" rafa langsung menghentikan langkahnya.
"sudah merasa bebas,
bukan? Sekarang kamu mandi dan bersihkan badan mu" ujarku, aku lihat
bajunya lepek dan dipenuhi warna tanah. Aku yakin dia mandi ujan di halaman
blkg sambil guling gulingan.
"Aku tak mau!"
Tolaknya mentah mentah, aku lalu menopang wajahku dengan tanganku di bibir
tangga, mendengus kesal dengan anak ini.
"Whatever"
Aku masih stay di bibir
tangga sambil menunggunya kelelahan sendiri dengan apa yang ia lakukan.
17.56
Pukul segini ia baru mau
memasuki kamar mandi, kali ini kepala ku benar benar ingin meledak kondisi
melihat lantai bawah rumahku, perutku juga sedari tadi serasa mulas melihat
rafa. Siapa yang akan membereskan ini? Mau tak mau pasti ini jadi pekerjaan ku,
karna pembantu di rumah ini waktu kerjanya hanya setengah hari. Otomatis ini pr
bagiku.--
Dengan enggan christy
mengepel seluruh bagian lantai bawah rumahnya, padahal jelas jelas kepalanya
sudah terasa berat. Tapi ia harus membereskan ini semua karna ia tak mau morgan
melihat kejadian ini yang notabene ulah anaknya, christy yang enggan mendengar
kerubutan diantara mereka pun memutuskan untuk menyelesaikan semuanya.
Christy yang tengah asik
ngepel pun merasakan sesuatu yang janggal pada perutnya, kepalanya pun serasa
terbalik, dunia seakan kencang memutar dan setelah itu semuanya gelap.-.
Morgan..
Christy mulai menggerakan
jari jari mungilnya, matanya pun terlihat akan terbuka. Semua itu meluluhkan
hati ku dalam kecemasan yang menghantuiku sedari tadi.
Aku menarik nafasku
panjang panjang, rasanya teramat sangat lega melihat matanya yang masih sanggup
untuk terbuka.
"Sayang.. " aku
mulai menetralisir suasana saat melihatnya yang kelihatan bingung dengan
ruangan serba putih ini. Akupun tak tau apa yang terjadi padanya karna selepas
aku memasuki rumah aku sudah melihatnya terkapar dengan banyak darah dilantai.
"Chris, kamu butuh
apa?" Tanyaku, dia hanya menggeleng cepat.
"Kenapa kamu bisa
pingsan tadi?" Lagi lagi christy menggeleng.
"Tadi itu kamu
pendarahan, untung semuanya baik baik saja" ujar ku yang lagi lagi
berusaha mencairkan suasana.
"Oh ya? Aku gak tau,
seingatku aku sedang mengepel lantai lalu terpeleset" jelasnya, aku hanya
mengelus elus keningnya saat kedapatan wajahnya yang terlihat pucat pasi.
"Siapa yang suruh
ngepel lantai?"
"Entahlah, aku bosan
tadi" jawabnya santai. Aku tau apa yang membuatnya melakukan hal itu, ini
pasti perihal rafa. Karna, aku melihat lantai rumah waktu itu sangat kotor
dengan lumpur bercak telapak kaki anak kecil.
Rafa memang akan
melakukan apapun sesukanya dan semerdekanya, apalagi perihal ia yang tak
menyukai christy.
Malam ini aku tak kunjung
memejamkan mataku, begitupun dengan christy. Sedari tadi ia uring uringan
perihal perutnya yang sering mendadak nyeri, aku tak tega melihatnya menahan
rasa sakitnya.
"Gannnn" ia
mencengkram lenganku kuat kuat, ini tingkahnya selagi merasa nyeri. Lenganku
pun sampai memerah karna genggamannya yang begitu erat.
"Aku panggil dokter
ya" christy menggeleng cepat sambil mengerutkan dahinya sambil memejamkan
matanya.
"Ini cuma kontraksi
biasa semua ibu hamil akan merasakan ini" ujarnya, sungguh aku tak tega
melihatnya yang sedikit sedikit meremukan lenganku dan sedikit sedikit
mengeritkan dahinya menahan rasa sakit.
Aku terus menerus
mengelus elus perutnya sambil sesekali mengucapkan kata sumpah serapah untuk
calon anakku agar tidak mengganggu bundanya dan melihatnya kesakitan. --
Pagi harinya.
"Ayah.. darimana
saja? Rafa kangen ayah" Tanya rafa yang kini berbaring di atas ranjangnya
dengan selimut yang cukup tebal. ia demam tinggi mungkin efek mandi hujan
kemarin. *salahsendiri
"Kamu kenapa?"
Morgan menghiraukan pertanyaannya tadi.
"Kepala rafa pusing
yah" keluhnya,morgan menyentuh keningnya, memberikan obat dan menyuapinya
makan. morgan berfikir sejenak tiba tiba mengingat christy yang ia tinggal
dirumah sakit sendirian. Sebenar ia bingung harus menemani rafa atau christy
yang sama sama sedang jatuh sakit.
"Hm rafa, kalau
butuh apa apa panggil mbok ya, ayah pergi dulu.. ayah sayang rafa" morgan
dengan sigap mengecup kening anaknya yang dibalut selimut.
"Ayah.." morgan
menoleh.
"Mau kemana? Ke
rumah sakit? Ada apa sih dengan tante itu? Lebay banget" ujar rafa pedas,
rafa tau morgan selama ini sibuk dirumah sakit karna christy sakit, ia
mengetahuinya dari mbok tanpa ia tau penyebab christy sakit.
"Hei.. jaga omongan
kamu!" Tukas morgan yang berbalik arah. Rafa bangkit dari tempat tidurnya.
"Kenapa dengan orang
itu? Patah tulang.. iya? Sampai harus dibawa kerumah sakit, drama sekali
dia" omongan seperti ini benar benar sangat tidak pantas di ucapkan oleh
anak sekolah dasar tingkat tiga. Morgan benar benar geram dengan anaknya.
"Rafa!! Kamu tau
penyebab bunda masuk rumah sakit? Kamu tau penyebabnya sehingga harus dirawat?
Kamu tau hah?" Bentak morgan yang tak tahan lagi dengan anaknya yang
semakin lama semakin barbar.
"Bunda itu masuk
rumah sakit karna kamu! Karna kamu yang udah buat bunda terpeleset dan jatuh
pinsan, sampai sampai bunda hampir keguguran.. ngerti!!"
BRAKKK
Morgan dengan penuh emosi
keluar dari kamar anaknya, rafa yang kedapatan bentakan morgan yang tak biasa
itupun nangis sejadi jadinya, sampai si mbok ikut turun tangan karna kedapatan
mendengar pentengkaran sengit tersebut.
***
"Gan.." christy
berusaha memecah keheningan saat morgan menunjukan wajah frustasinya semenjak
meninggalkan christy tadi.
Morgan hanya menoleh
mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk di sofa pojok ruangan ini.
"Gan.. Aku mau
pulang" ujar christy ragu.
"Kamu belum
semb.."
"Aku mau
pulang" potong christy
"Gak boleh, Kamu
belum sembuh total" ucap morgan dengan menatap christy serius
"Tapi aku mau
pulang!"
"Enggak! Aku bilang
enggak ya enggak" ketus morgan
"Tap..."
"Udah ya njel aku bilang enggak ya enggak, kenapa
sih childish banget! Ini semua juga demi kesehatan kamu!" Christy
terbelalak mendapati penuturan morgan.
mata christy sudah
berkaca kaca, ia langsung membalikan tubuhnya. Air mata kini pun tak sanggup ia
bendung. lagi lagi morgan salah sebut.
Morgan masih frustasi
sama anak juga istrinya. Makanya tak seperti biasanya ia mudah sekali
terpancing emosi.
"Kalau kamu ingin
pulang maka Maafkan aku ya njel, tadi
aku hanya frustasi memikirkan ulah anakmu" morgan dengan cepat memeluk
tubuh christy yang membelakanginya. Kuping christy panas mendengar penuturan
morgan,
"Untuk apa meminta
maaf denganku, kalau mau minta maaf sama angel, sana ke kuburan!" Ujar
christy ketus sambil mendorong kuat kuat tubuh morgan. Morgan benar benar tak
menyadari kalimatnya barusan, ia benar benar khilaf atas ini.
Christy dengan cepat
bangkit dari tempat tidurnya, ia pun langsung memutuskan jarum infus dari
tangannya, setelah itu berjalan secepat mungkin tanpa arah dan tujuan.
"Chris.."
"Christy.. aku minta
maaf"
"Christy..."
morgan dengan cepat mengejar langkah christy lalu menahan tangannya.
"Aku minta
maaf" morgan langsung memeluknya erat di koridor rumah sakit.
"Aku mau
pulang!" Kata christy datar.
***
Dimobil tak ada
percakapan yang biasa mereka lontarkan, yang ada hanya suara klakson para
mengguna jalan.
30 menit kemudian mereka
kini tiba di istananya, tepat pukul 5 sore. Christy kini mempercepat langkahnya
meninggalkan morgan, morgan berlari kecil berupaya mensejajari langkahnya
dengan langkah christy kemudian ia menyematkan tangannya di pinggang christy,
dengan cepat christy menepisnya.
Sesampainya di puncak
tangga christy memilih arah yang berbeda.
"Mau kemana?"
Teriak morgan yang melihatnya menjauh.
Christy tak menghiraukan
pertanyaan morgan sambil terus berjalan menjauh menuju pintu kamar rafa.
Rafa..
Aku merasakan ada yang
mengusik tidurku, sebuah kain hangat yang kini ada di keningku, aku memang
masih merasakan dingin di siang ini, ntah bidadari dari mana yang mau
membantuku yang tengah sakit. Ayahku pun aku rasa tak peduli. Saat ku biarkan
mataku terus terpejam aku menggenggam tangannya. Lembut, selembut tangan bunda
dulu, ya walaupun aku sudah lupa bagaimana rasanya.
"Bunn" aku
benar benar kangen melontarkan kata kata itu, namun setelah aku memanggilnya,
genggaman tanganku langsung dilepas. Dengan cepat aku membuka mataku seakan
mimpi mimpi ku telah pergi jauh. Ku liat tante Christy hendak keluar dari kamar
ku.
"Bunda"
tegasku, tante christy membalikan badannya.
"Apa kamu mengigau?
kalo rafa cari bunda, bukan aku orangnya" ucapnya lembut lalu kembali
berbalik dan menutup pintu kamarku. kenapa begitu? hanya dia yang peduli dengan
apa yang aku rasa, cuma dia yang punya 1001 cara buat bikin aku luluh, dan cuma
dia yang buat aku merasa kembali hidup. Yap, tante Christy.
Aku mempercepat langkahku
keluar dari kamar, aku melihat tante christy yang lagi asik membereskan ruang
bermainku yang berada tepat di samping kamar ayah dan kamarku. Aku berjalan
mendekat. Lalu dengan cepat aku memeluknya erat, sudah lama aku tidak mencium
aroma tubuh bunda dan aromanya kini melekat di tubuh tante christy.
"tante" tante
christy membalikan tubuhnya, aku masih sibuk menatap mata indahnya, baru kali
ini aku sedekat ini dengan tante christy.
"aku minta maaf ya
bun" lagi lagi aku memeluknya, menang banyak sekali aku, kalau ayah tau
dia pasti iri, ngomong ngomong ayah dimana?
"apa aku boleh
memanggilmu bunda?" tanganku masih stay di lingkar pinggangnya, dia hanya
menatapku heran.
"rafa bilang bundamu
hanya bunda angel" tukasnya. aku lalu kembali berfikir keras.
"Yasudah, kalau
begitu boleh aku memanggilmu Ibu?"
"dengan senang hati
sayang" dial angsung memelukku erat begitupun denganku, tak pernah
menyangka bahwa pilihan ayah benar benar tepat, hanya akunya saja yang
terlambat menyadari.
"rafa sayanggg
banget sama ibu"
"ibu juga sayang
sama rafa" kedengarannya ibu sedikit menangis tapi aku masih benar benar
menikmati pelukan hangat seorang ibu, aku menyesal amat sangat terlambat
menyadari ini semua, sesekali ibu mencium pipiku, aku juga kangen masa masa
dikecup bunda. semuanya itu sama. hanya fisik yang membedakan mereka. setelah
kami melepaskan pelukan kini giliran ayah yang terlihat bingung berdiri
mematung menyaksikan adegan barusan kini ayahpun ikut berhambur memeluk kami :D
END
Gak selamanya yang kita sebut Ibu
itu adalah orang yang melahirkan kita. Tapi semua orang yang kita sebut Ibu itu adalah orang yang menyayangi
kita :D
ILoveYouBu
Gimana christy pantes gak
dipanggil ibu? hahah.. cerpen ini buat ibu gue disurga, karna gue dulu sering
banget buat dia darah tinggi :) gak nyambung ya sm ending? ya maap. uffa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar