Minggu, 14 Desember 2014

Cerpen The Happy Ending



The Happy Ending

Cast : Cristy saura
Morgan Winata
Rafa 

"Kenapa bukan ayah yang menjemputku " Tanya anak laki laki yang baru menginjak bangku sekolah dasar tingkat 3 ini
"Ayahmu sibuk, makanya aku yang jemput mu" jelas Christy, wanita paruh baya yang mau gak mau menjadi ibu dari anak ini.
"Aku gak mau sama tante, aku gak mau pulang kalau bukan ayah yang jemput" dengusnya sambil melipat kedua tangannya didada.
"Kenapa begitu? Sama saja kan? Apa kamu gak mau ikut denganku ke mall?" Christy berusaha mengiming imingkan Rafa sesuatu, mendengar itu Rafa pun langsung masuk ke dalam mobil.

Christy..
"Aku serahin semuanya ke kamu, jaga rafa baik baik ya. Permintaan aku hanya satu, aku cuma ingin kamu yang bisa menggantikan posisi aku, bukan perempuan manapun" Angel,

Aku ingat betul dengan kata kata itu, Kejadian itu sudah berlangsung hampir setengah tahun yang lalu, saat Angel mengaitkan tangan ku dan Morgan. setelah itu, nafasnya habis.
Aku teramat sangat shock, bagaimana bisa Angel memintaku untuk menggantikan posisinya. Angel dan Morgan adalah temanku semasa kuliah. dulu Morgan sempat menembakku tapi aku menolaknya karna akupun tau Angel lebih mengagumi Morgan ketimbang aku yang hanya sekedarnya. Sampai mereka akhirnya menikah dan memiliki anak bernama 'Rafandra Marcelio Winata' pada saat itu juga Angel divonis mengidap kanker darah stadium akhir dan akhirnya angel menghembuskan nafas terakhirnya di hadapanku.
Sekarangpun aku hampir 1 tahun menjadi istri resmi Morgan, aku masih tak mempercayai ini sepenuhnya dan apa kalian tau? Aku tengah mengandung anaknya :D

"Sampai kapan kita disini? Ayahmu pasti sudah menunggu di rumah" aku menghampiri Rafa saat tengah serius dengan permainan yang ia mainkan, ia nampak sangat mungil, sayangnya ia tak menyukaiku. Ia memanggilku bunda hanya bila ada Morgan.
"Koinku habis, tolong belikan aku lagi" pintanya, aku terbelalak pasalnya aku sudah dari siang berada di sini sampai sekarang pun hampir magrib masa iya anak ini tak mau pulang.
"Rafa ini sudah malam kita harus pulang" aku sedikit menghentaknya
"Kenapa? Aku hanya minta uang tante sedikit, uang tante uang ayahku juga kan" dengusnya, yaudah aku pasrah, melambaikan tangan ke kamera sambil bilang 'saya nyerah'. Setelah itu aku memberinya selembar uang warna biru dan ia pun langsung melesat entah kemana. Pyuhh -,-

---

"Ayahhhhh Rafa pulanggg" teriak Rafa dengan cerianya, ia pun jalan tak beriringan dengan Christy karna setelah mobil masuk garasi ia langsung berlari masuk.
"Ya ampun Christyyyy" Morgan dengan cepat menghampiri istrinya yang tengah membawa banyak barang belanjaan, sedangkan Rafa ia hanya mendengus kesal dan masuk ke kamarnya.

***

"Hueekksssssss" ESnya banyak, pagi ini Christy rutin keluar masuk kamar mandi Morgan yang melihat itupun cukup cemas.
"Mual ya sayang? Kamu pucet banget" Morgan terus sedikit memijat tengkuk Christy yg tengah asik mongkek *bahasamana?
"Kamu istirahat aja ya, gak usah ngapa ngapain. Tapi dulu waktu Angel hamil Rafa gak separah ini loh" Christy menghentikan aktifitasnya, ia mendadak gak mood lagi muntah tapi sekarang bisa dibilang mulas mendengar pernyataan morgan.
Raut wajah Christy mendadak berubah saat Morgan lagi lagi membanding bandingkan dia dengan Angel. Istri mana yang kecewa mendengar suaminy membanding bandingkannya dengan mantan istrinya.
"Aku Christy bukan Angel dan aku gak akan pernah jadi Angel" pekik Christy.

---

Siang ini Rafa baru saja sampai dirumah dan kedapatan tak ada orang sama sekali. Rasa lapar yang menghantuipun membuat Rafa mau gak mau mencari keberadaan Christy.
Dengan ragu ia menghampiri kamar ayah bundanya dan beberapa kali mencoba mengetuk pintu tapi tak ada yang merespon, akhirnya Rafa memutuskan untuk membuka pintu kamar tersebut. Ia melihat Christy yang tengah tertidur dengan balutan bad covernya, namun mendengar ketukan pintu Rafa tadi membuat Christy terusik.

"Rafa, ada apa?" Tanya Christy lembut, Rafa pun beranjak masuk tapi hanya sampai di ambang pintu kamar Christy.
"Hmm.. anu.. mm.. aku lapar, bisa buatkan aku makanan?" keluhnya sambil menundukan kepalanya karna malu, Christy pun tersenyum lalu hendak bangkit menyibak bad covernya.
"Hmm.. tadi ayah bilang bunda tengah sakit, jadi kalau memang masih sakit ya gak usah" tukas Rafa tegas.
"Aku bisa membeli makanan sendiri di depan" lanjut Rafa.. Christy mendekat
"Aku baik baik saja, aku sudah sembuh saat mendengarmu mamanggilku bunda" Christy mendekat sambil mengacak acak rambut Rafa, setelah itu berlalu meninggalkan Rafa, sedangkan Rafanya sendiri masih tercengang tak bisa menyangka bahwa ia akan menyebutkan kalimat itu tanpa dihadapan ayahnya.

"Terimakasih atas makan siangnya aku ke atas dulu"
"Hmm.. yasudah jangan lupa tidur siang ya" ucap Christy, Rafa menoleh lalu mengangguk setelah itu lari menuju kamarnya.

***

Morgan kini membuka pintu kamarnya, ia mendapati Christy yang tengah tenggelam dalam telapak tangannya, ia terdengar terisak. Morgan dengan hati hati menghampirinya.
 Morgan merengkuh bahu Christy dengan lembut,
"Aku janji gak akan khilaf lagi se9erti tadi pagi" ucap Morgan, Christy masih tak menjawab ia masih terhanyut dengan tangisannya.
"Gan.. aku nyerah yah" Christy membuka kedua tangannya lalu menunduk lesu, Morgan menunjukan wajah penuh tanda tanyanya.
"Aku nyerah, sampai kapanpun aku gak bisa jadi Angel, aku gak bisa jadi bunda yang baik buat Rafa dan Rafa gak suka sama aku.. aku capek.." keluh Christy, kini Morgan memeluknya erat.
"Kamu kok ngomongnya begitu, aku mencintaimu bagaimana pun bentuk kamu, gak perlu jadi Angel.. cukup jadi diri kamu sendiri aja, princessnya aku" Morgan mengangkat kepala Christy, memegang kedua pipinya yang masih dibanjiri dengan air mata.
"Masalah Rafa, dia masih kecil.. dia masih terpukul dengan kepergian bundanya yang begitu mendadak. Dia itu anak yang baik, semua butuh proses untuk meluluhkan hatinya" jelas morgan, Christy dengan cepat memeluknya erat.
"Tapi dia gak suka sama aku.. aku sedih saat dia memanggilku tante, aku juga sedih saat berkali kali kedapatan kamu memanggilku Angel, aku nyerah Gan.. aku tau kalian belum bisa menerima kehadiranku, tapi asal kamu tau hal sesepele itu bisa jadi amat sensitive di fikiran aku sekarang" Christy
"Maaf.. aku tak pernah menyadari itu, tolong maafin aku ya sayang.. aku akan berusaha bicara baik baik dengan Rafa" jawab Morgan yang masih asik mengelus elus rambut panjang Christy.
Christy hanya bisa mengangguk dalam pelukan morgan.

--

Pagi ini rafa masih menutup pintunya rapat rapat, morgan yang hendak berangkat ke kantor pun berusaha membujuknya karna ia yakin inipun atas kesalahannya semalam karna sudah membentak rafa. Kini morgan berjalan beriringan dengan christy yang membawa nampan berisi sarapan untuk rafa.
Setelah morgan berhasil membujuk rafa untuk membuka pintu, mereka masuk. Christy meletakan sarapan di meja setelah itu keluar lagi karna tak mau mencampuri urusan morgan dan rafa yang terbilang sama sama keras kepala.
"Rafa, ayah minta maaf ya" jelas morgan.
"Gak perlu, gak ada yang perlu di maafin.. ini salah rafa, salah rafa yang gak pernah suka sama tante christy" rafa masih duduk membelakangi morgan.
"Kalau ayah boleh tau, apa penyebab kamu gak pernah suka sama bunda?" Tanya morgan dengan sangat hati hati menyentuh pundak rafa.
"Yang jelas bunda rafa cuma satu" rafa masih kekeh sama prinsipnya kalau tak ada yang bisa menggantikan posisi angel sebagai ibunya.
"Kenapa sih kamu tuh egois banget! Dulu waktu bunda angel berteman dengan bunda christy kamu baik baik aja bahkan sayangkan sama bunda christy? Tapi kenapa sekarang kamu berubah?" Tanya morgan.
"Itu dulu yah.. selagi tante christy masih jadi temen bunda, bukan pengganti bunda!" Teriak rafa. Morgan shock melihat rafa yang baru baru ini berani berbicara dengan nada tinggi dihadapannya. Morgan langsung keluar dari kamar Rafa sambil menutupnya dengan kencang lalu menguncinya dari luar.
Tak lama setelah itu, christy memutuskan untuk membuka kamar rafa.


Christy..
Sore ini hujan turun cukup lebat, aku yang malas pun menjadi sangat malas karna cuaca yang amat mendukung ini.
Aku menarik selimutku, lama kelamaan aku belum bisa untuk terbang ke dunia mimpiku. perutku serasa tak enak, mulai kembali ada rasa mual dan sedikit nyeri, ntah karna apa. Aku kembali membuka bad coverku, selintas aku teringat akan rafa dan akupun memutuskan untuk ke kamarnya sekedar mengontrol keadaannya.
Rasa pening di kepalaku tiba tiba saja muncul saat aku beranjak bangun dari ranjangku. Aku memaksakan semua dan mengabaikan apa yang aku rasakan.

Belum sempat aku membuka pintu kamarku, aku mendengar ada yang berlari lari dari bawah sana, dengan cepat aku melesat keluar dari kamarku. Sesampainya aku di kamar rafa aku tak mendapati batang hidungnya, akupun mulai menarik nafas panjang panjang dan memutuskan untuk menuruni tangga.

"RAFAAA!!" Pekik ku dahsyat saat melihat lantai bawah sudah dipenuhi oleh lumpur dengan jejak kaki anak kecil, kepala ku langsung semakin pening melihat ini semua.
"Hallo.. bundaa" ledeknya sambil menyapaku yang kini terduduk lemas di tangga bawah. Rafa masih asik bermondar mandir dari halaman belakang sampai ke seluruh bagian rumah dengan kakinya yg kotor.
"Rafaaa.. apa yang kamu lakukan" pekik ku.
"Mencari kebebasan" rafa langsung menghentikan langkahnya.
"sudah merasa bebas, bukan? Sekarang kamu mandi dan bersihkan badan mu" ujarku, aku lihat bajunya lepek dan dipenuhi warna tanah. Aku yakin dia mandi ujan di halaman blkg sambil guling gulingan.
"Aku tak mau!" Tolaknya mentah mentah, aku lalu menopang wajahku dengan tanganku di bibir tangga, mendengus kesal dengan anak ini.
"Whatever"
Aku masih stay di bibir tangga sambil menunggunya kelelahan sendiri dengan apa yang ia lakukan.

17.56
Pukul segini ia baru mau memasuki kamar mandi, kali ini kepala ku benar benar ingin meledak kondisi melihat lantai bawah rumahku, perutku juga sedari tadi serasa mulas melihat rafa. Siapa yang akan membereskan ini? Mau tak mau pasti ini jadi pekerjaan ku, karna pembantu di rumah ini waktu kerjanya hanya setengah hari. Otomatis ini pr bagiku.--

Dengan enggan christy mengepel seluruh bagian lantai bawah rumahnya, padahal jelas jelas kepalanya sudah terasa berat. Tapi ia harus membereskan ini semua karna ia tak mau morgan melihat kejadian ini yang notabene ulah anaknya, christy yang enggan mendengar kerubutan diantara mereka pun memutuskan untuk menyelesaikan semuanya.
Christy yang tengah asik ngepel pun merasakan sesuatu yang janggal pada perutnya, kepalanya pun serasa terbalik, dunia seakan kencang memutar dan setelah itu semuanya gelap.-.

Morgan..
Christy mulai menggerakan jari jari mungilnya, matanya pun terlihat akan terbuka. Semua itu meluluhkan hati ku dalam kecemasan yang menghantuiku sedari tadi.
Aku menarik nafasku panjang panjang, rasanya teramat sangat lega melihat matanya yang masih sanggup untuk terbuka.
"Sayang.. " aku mulai menetralisir suasana saat melihatnya yang kelihatan bingung dengan ruangan serba putih ini. Akupun tak tau apa yang terjadi padanya karna selepas aku memasuki rumah aku sudah melihatnya terkapar dengan banyak darah dilantai.
"Chris, kamu butuh apa?" Tanyaku, dia hanya menggeleng cepat.
"Kenapa kamu bisa pingsan tadi?" Lagi lagi christy menggeleng.
"Tadi itu kamu pendarahan, untung semuanya baik baik saja" ujar ku yang lagi lagi berusaha mencairkan suasana.
"Oh ya? Aku gak tau, seingatku aku sedang mengepel lantai lalu terpeleset" jelasnya, aku hanya mengelus elus keningnya saat kedapatan wajahnya yang terlihat pucat pasi.
"Siapa yang suruh ngepel lantai?"
"Entahlah, aku bosan tadi" jawabnya santai. Aku tau apa yang membuatnya melakukan hal itu, ini pasti perihal rafa. Karna, aku melihat lantai rumah waktu itu sangat kotor dengan lumpur bercak telapak kaki anak kecil.
Rafa memang akan melakukan apapun sesukanya dan semerdekanya, apalagi perihal ia yang tak menyukai christy.


Malam ini aku tak kunjung memejamkan mataku, begitupun dengan christy. Sedari tadi ia uring uringan perihal perutnya yang sering mendadak nyeri, aku tak tega melihatnya menahan rasa sakitnya.
"Gannnn" ia mencengkram lenganku kuat kuat, ini tingkahnya selagi merasa nyeri. Lenganku pun sampai memerah karna genggamannya yang begitu erat.
"Aku panggil dokter ya" christy menggeleng cepat sambil mengerutkan dahinya sambil memejamkan matanya.
"Ini cuma kontraksi biasa semua ibu hamil akan merasakan ini" ujarnya, sungguh aku tak tega melihatnya yang sedikit sedikit meremukan lenganku dan sedikit sedikit mengeritkan dahinya menahan rasa sakit.
Aku terus menerus mengelus elus perutnya sambil sesekali mengucapkan kata sumpah serapah untuk calon anakku agar tidak mengganggu bundanya dan melihatnya kesakitan. --

Pagi harinya.
"Ayah.. darimana saja? Rafa kangen ayah" Tanya rafa yang kini berbaring di atas ranjangnya dengan selimut yang cukup tebal. ia demam tinggi mungkin efek mandi hujan kemarin. *salahsendiri
"Kamu kenapa?" Morgan menghiraukan pertanyaannya tadi.
"Kepala rafa pusing yah" keluhnya,morgan menyentuh keningnya, memberikan obat dan menyuapinya makan. morgan berfikir sejenak tiba tiba mengingat christy yang ia tinggal dirumah sakit sendirian. Sebenar ia bingung harus menemani rafa atau christy yang sama sama sedang jatuh sakit.
"Hm rafa, kalau butuh apa apa panggil mbok ya, ayah pergi dulu.. ayah sayang rafa" morgan dengan sigap mengecup kening anaknya yang dibalut selimut.
"Ayah.." morgan menoleh.
"Mau kemana? Ke rumah sakit? Ada apa sih dengan tante itu? Lebay banget" ujar rafa pedas, rafa tau morgan selama ini sibuk dirumah sakit karna christy sakit, ia mengetahuinya dari mbok tanpa ia tau penyebab christy sakit.
"Hei.. jaga omongan kamu!" Tukas morgan yang berbalik arah. Rafa bangkit dari tempat tidurnya.
"Kenapa dengan orang itu? Patah tulang.. iya? Sampai harus dibawa kerumah sakit, drama sekali dia" omongan seperti ini benar benar sangat tidak pantas di ucapkan oleh anak sekolah dasar tingkat tiga. Morgan benar benar geram dengan anaknya.
"Rafa!! Kamu tau penyebab bunda masuk rumah sakit? Kamu tau penyebabnya sehingga harus dirawat? Kamu tau hah?" Bentak morgan yang tak tahan lagi dengan anaknya yang semakin lama semakin barbar.
"Bunda itu masuk rumah sakit karna kamu! Karna kamu yang udah buat bunda terpeleset dan jatuh pinsan, sampai sampai bunda hampir keguguran.. ngerti!!"
BRAKKK
Morgan dengan penuh emosi keluar dari kamar anaknya, rafa yang kedapatan bentakan morgan yang tak biasa itupun nangis sejadi jadinya, sampai si mbok ikut turun tangan karna kedapatan mendengar pentengkaran sengit tersebut.

***

"Gan.." christy berusaha memecah keheningan saat morgan menunjukan wajah frustasinya semenjak meninggalkan christy tadi.
Morgan hanya menoleh mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk di sofa pojok ruangan ini.
"Gan.. Aku mau pulang" ujar christy ragu.
"Kamu belum semb.."
"Aku mau pulang" potong christy
"Gak boleh, Kamu belum sembuh total" ucap morgan dengan menatap christy serius
"Tapi aku mau pulang!"
"Enggak! Aku bilang enggak ya enggak" ketus morgan
"Tap..."
"Udah ya njel aku bilang enggak ya enggak, kenapa sih childish banget! Ini semua juga demi kesehatan kamu!" Christy terbelalak mendapati penuturan morgan.
mata christy sudah berkaca kaca, ia langsung membalikan tubuhnya. Air mata kini pun tak sanggup ia bendung. lagi lagi morgan salah sebut.
Morgan masih frustasi sama anak juga istrinya. Makanya tak seperti biasanya ia mudah sekali terpancing emosi.

"Kalau kamu ingin pulang maka Maafkan aku ya njel, tadi aku hanya frustasi memikirkan ulah anakmu" morgan dengan cepat memeluk tubuh christy yang membelakanginya. Kuping christy panas mendengar penuturan morgan,
"Untuk apa meminta maaf denganku, kalau mau minta maaf sama angel, sana ke kuburan!" Ujar christy ketus sambil mendorong kuat kuat tubuh morgan. Morgan benar benar tak menyadari kalimatnya barusan, ia benar benar khilaf atas ini.
Christy dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya, ia pun langsung memutuskan jarum infus dari tangannya, setelah itu berjalan secepat mungkin tanpa arah dan tujuan.
"Chris.."
"Christy.. aku minta maaf"
"Christy..." morgan dengan cepat mengejar langkah christy lalu menahan tangannya.
"Aku minta maaf" morgan langsung memeluknya erat di koridor rumah sakit.
"Aku mau pulang!" Kata christy datar.

***

Dimobil tak ada percakapan yang biasa mereka lontarkan, yang ada hanya suara klakson para mengguna jalan.
30 menit kemudian mereka kini tiba di istananya, tepat pukul 5 sore. Christy kini mempercepat langkahnya meninggalkan morgan, morgan berlari kecil berupaya mensejajari langkahnya dengan langkah christy kemudian ia menyematkan tangannya di pinggang christy, dengan cepat christy menepisnya.
Sesampainya di puncak tangga christy memilih arah yang berbeda.
"Mau kemana?" Teriak morgan yang melihatnya menjauh.
Christy tak menghiraukan pertanyaan morgan sambil terus berjalan menjauh menuju pintu kamar rafa.

Rafa..
Aku merasakan ada yang mengusik tidurku, sebuah kain hangat yang kini ada di keningku, aku memang masih merasakan dingin di siang ini, ntah bidadari dari mana yang mau membantuku yang tengah sakit. Ayahku pun aku rasa tak peduli. Saat ku biarkan mataku terus terpejam aku menggenggam tangannya. Lembut, selembut tangan bunda dulu, ya walaupun aku sudah lupa bagaimana rasanya.

"Bunn" aku benar benar kangen melontarkan kata kata itu, namun setelah aku memanggilnya, genggaman tanganku langsung dilepas. Dengan cepat aku membuka mataku seakan mimpi mimpi ku telah pergi jauh. Ku liat tante Christy hendak keluar dari kamar ku.
"Bunda" tegasku, tante christy membalikan badannya.
"Apa kamu mengigau? kalo rafa cari bunda, bukan aku orangnya" ucapnya lembut lalu kembali berbalik dan menutup pintu kamarku. kenapa begitu? hanya dia yang peduli dengan apa yang aku rasa, cuma dia yang punya 1001 cara buat bikin aku luluh, dan cuma dia yang buat aku merasa kembali hidup. Yap, tante Christy.

Aku mempercepat langkahku keluar dari kamar, aku melihat tante christy yang lagi asik membereskan ruang bermainku yang berada tepat di samping kamar ayah dan kamarku. Aku berjalan mendekat. Lalu dengan cepat aku memeluknya erat, sudah lama aku tidak mencium aroma tubuh bunda dan aromanya kini melekat di tubuh tante christy.
"tante" tante christy membalikan tubuhnya, aku masih sibuk menatap mata indahnya, baru kali ini aku sedekat ini dengan tante christy.
"aku minta maaf ya bun" lagi lagi aku memeluknya, menang banyak sekali aku, kalau ayah tau dia pasti iri, ngomong ngomong ayah dimana?
"apa aku boleh memanggilmu bunda?" tanganku masih stay di lingkar pinggangnya, dia hanya menatapku heran.
"rafa bilang bundamu hanya bunda angel" tukasnya. aku lalu kembali berfikir keras.
"Yasudah, kalau begitu boleh aku memanggilmu Ibu?"
"dengan senang hati sayang" dial angsung memelukku erat begitupun denganku, tak pernah menyangka bahwa pilihan ayah benar benar tepat, hanya akunya saja yang terlambat menyadari.
"rafa sayanggg banget sama ibu"
"ibu juga sayang sama rafa" kedengarannya ibu sedikit menangis tapi aku masih benar benar menikmati pelukan hangat seorang ibu, aku menyesal amat sangat terlambat menyadari ini semua, sesekali ibu mencium pipiku, aku juga kangen masa masa dikecup bunda. semuanya itu sama. hanya fisik yang membedakan mereka. setelah kami melepaskan pelukan kini giliran ayah yang terlihat bingung berdiri mematung menyaksikan adegan barusan kini ayahpun ikut berhambur memeluk kami :D

END

Gak selamanya yang kita sebut Ibu itu adalah orang yang melahirkan kita. Tapi semua orang yang kita sebut Ibu itu adalah orang yang menyayangi kita :D
ILoveYouBu

Gimana christy pantes gak dipanggil ibu? hahah.. cerpen ini buat ibu gue disurga, karna gue dulu sering banget buat dia darah tinggi :) gak nyambung ya sm ending? ya maap. uffa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar