Jangan Ulang Hari Itu *cerpen*
29 Desember
2012 pukul 12:00
Cast:
- Christy Saura
- Morgan Winata
genre
: sad??
nih karena
gada yang post cerbung, aku post cerpen aja yah :)
ini cerpen
sebenernya punya temen aku, tapi udah aku edit-edit...
hope you
like guys !!!
“Saatnya
untuk bangun, sekarang jam 05.00 tepat, waktunya untuk bangun !” Suara yang
begitu nyaring terdengar dari jam weker yang terletak disebelah telingaku.
Terbangun aku dari tidur yang nyenyak, hujan yang turun semalam masih
meninggalkan hawa dingin yang membuatku enggan untuk melepas selimut. Satu hal
yang menguatkanku untuk bangun hari ini. “Dia” yaah, cowok berpostur tinggi,
hidung mancung, alis tebal, dengan setelan jaket biru yang biasa ia kenakan,
yang selalu menjeputku di depan gang setiap pagi. Siapa lagi kalau bukan Handi
Morgan Winata, pangeran tampan setampan romeo dan aku julietnya. Hahaha jelas
saja aku berkata seperti itu, sebab cowo cuek yang gak romantic itu adalah
pacarku. Tak ada satupun yang boleh mengejek pacar Christy Saura, karena
bagaimanapun aku sayang padanya.
Setelah
semuanya siap, seperti biasanya pukul 06.30 pagi. Aku sudah harus stand by di
depan gang. Karena dia gak suka yang namanya nunggu, jadi aku harus buru-buru
tiap paginya. Setelah 10 menit menunggu.
“Eh ayok
!!!” ujar Morgan menghampiriku.
“Aaah…iya
sabar.” Jawabku sambil tersenyum lebar.
Seperti
biasanya aku langsung naik dan memegang erat jaket birunya itu. Aku dan dia
selalu saja ngobrol disepanjang jalan, ntah apa-apa saja yang kami obrolkan
akupun tidak tau, yang pasti bahan pembicaraan kami tidak ada habis-habisnya.
Tapi hari ini aku heran, dia hanya diam saja dan berbicara seperlunya.
“Kamu kenapa
sih?” tanyaku penasaran.
“Aku, gak
kenapa-kenapa kok.” Jawabnya singkat.
“Ih, kamu
kok diem aja daritadi?” ujarku
“Ya engga,
aku cuman capek aja,” dijawabnya lagi dengan ekspresi datar.
Seperti
biasa dia memarkirkan motornya paling depan. Setelah itu, kami jalan berdua
menuju kelas masing-masing. Yaaah, aku dan dia beda kelas. Dia kelas XG sedangkan
aku XE. Setelah 8 jam berada di sekolah, bell pun berdering kencang
“kriiing..kriiing..kriing..” semua anak berhamburan keluar. Kurasakan hp di
saku rokku bergetar, sudah kutebak pasti itu Morgan. Sebuah pesan ingkat yang
sudah tidak asing lagi ku terima.
“Kamu
dimana? Ayok cepetan. Aku udah di parkiran.”
Dengan
segera aku berlari dan meninggalkan teman-temanku. Sesampainya di parkiran aku
langsung menuju kearahnya dan mengantarku pulang kerumah. Disepanjang jalan
satu katapun tidak keluar baik dari mulutnya maupun dari mulutku. Aku bingung
ada apa dengan dia.
Setiap
magrib tidak lupa aku mengingatkannya untuk solat. Tapi aku heran, kenapa dia
tidak membalasnya. Ketika aku sedang asik mendengar musik, tiba-tiba saja hpku
bergetar. “Dreet..Dreet..” dengan segera aku mengambil hpku, karena ku tau itu
pasti dia.
“Chris, ada
kabar gak enak, kamu gak boleh sedih cukup aku yang sedih,” isi pesan
singkatnya.
“Kamu
kenapa? Ada apasih?” tanyaku penasaran.
“Aku mau
pindah jauh ke Kalimantan.” Ujar Morgan.
“Kamu bohong
ya? Ah kamu becandanya basi.” Dengan segera aku membalasnya.
“Aku gak
bohong Chris, ayah aku kemaren bilang. Kenaikan kelas. Satu bulan lagi aku
pindah. Aku gak tega bilang ini ke kamu. Tapi mau gimana lagi, aku juga gak
pengen gini.” Balasnya.
Tidak terasa
air mataku jatuh begitu saja, bersamaan dengan lepasnya handphone dari
genggamanku. “ Ini mimpi apa kenyataan sih? Ih gilak semuanya gilak !!!” air
mataku terus berjatuhan tanpa diperintah. Langsung ku ambil handphoneku di
lantai, tanpa berfikir panjang aku langsung menelphonnya.
“Kamu
bohongan gak sih? Jawab serius!” kata-kata yang keluar pertama kali dari
mulutku.
“Chris, aku
minta maap sama kamu, aku gak maksut buat kamu sedih.” Ujar Morgan.
Bibirku tak
sanggup lagi untuk berbicara sepatah katapun. Langsung ku non aktifkan hpku dan
melemparnya jauh dariku. Aku benar-benar tidak pernah menduga bahwa dia akan
pindah. Kabar ini sungguh membuatku seperti kehilangan tulang-tulang rangka
yang menopang tubuhku. Badan ku terasa sangat lemah, dan aku hanya bisa
terduduk lemas sambil menggigit guling yang ada di genggamanku.
Pagi ini
suara alarm kembali membangunkanku. Mataku terasa berat untuk dibuka, mungkin
karena menangis semalam, sampai ku merasa kelopak mataku berat sekali seperti
ditimpah batu gilingan cabe seberat 1 kg. ketika ku berkaca di cermin, langsung
ku berlari ke kamar mandi dan mencuci mataku. Aku tak ingin dia tau kalau
semalaman aku menangis.
Seperti
biasanya kami berangkat bersama, tak ada satu katapun yang keluar saat itu.
Karena aku berusaha menahan air mata yang selalu meronta ingin keluar. Aku pun
selalu menundukkan kepalaku. Aku tak ingin dia melihat mataku yang bengkak ini.
Ketika hampir sampai kelas aku mengajaknya berbicara.
“Kok
pindah?” ujarku.
“Ayah pindah
tugas.” Jawabnya singkat.
“Trus rumah
kamu gimana?” ujarku penasaran.
“Di jual
kata ayah,” jawabnya ringan.
Aku
menggerutu dalam hatiku “ih,cowok ini enteng banget sih jawabnya, gak tau apa
semaleman gua nyaris mati tenggelem di air mata!” Ketika sampai depan kelasnya,
aku langsung lari dan menuju kelasku. Semua air mata jatuh tak tertahan lagi.
Teman-temanku langsung menghampiriku, semua bertanya ada apa denganku.
Berat, Cuma
itu yang sekarang ada di otakku. Dalam benakku, aku kesal sekali padanya. Hari
demi hari berjalan tanpa terasa. Aku tak bisa bersikap seperti biasanya. Mata
merah dan muka lusuh yang selalu terpasang di wajahku setiap harinya. Setiap
malam, kebiasaan setiap harinya, selalu smsan dengan dia. Tidak lain sekarang yang
dibahas yaaa tentang dia, kepindahannya, dan nasibku setelah itu. Satu hal yang
menguatkanku ketika dia mengirimkan pesan singkat.
“Kamu tenang
aja, dua taun lagi aku tunggu kamu di Jogja ya chris, kita kuliah disana. Kamu
mau kan?”
Aku hanya
bisa mengiyakan dan berharap dua tahun lagi itu jadi kenyataan. Tapi dua taun
itu gak sebentar. Air mataku kembali menetes hingga ku terlelap dalam tidur
dengan diiringi lagu Secondhand Serenade yang sama sekali tak kusukai awalnya.
Tapi mungkin Stay Close Don’t Go lagu itu cocok dengan nasibku sekarang ini.
Aku
membulatkan tanggalan di kalender untuk satu harinya. “Sebentar lagi” desahku
sambil menghela nafas. Tentunya sisa waktu ini akan ku manfaatkan baik-baik.
Aku dan Morgan selalu kemana-mana berdua. Rasanya tak ingin bergeser satu
detikpun dari sampingnya bila mengingat nanti mungkin tak seindah hari ini.
Di hamparan
rerumputan dekat rumahku. Tempat biasa kami bersama. Ku rasakan kesejukan angin
yang berhembus.
“Kalo kamu
pindah nanti, kalo punya cewek baru jangan lupa sama aku ya Gan,” ujarku sambil
memegang erat tangannya dan merebahkan kepalaku di pundaknya.
“Kalo aku
pindah nanti, kamu gak boleh sama cowok laen ya, aku sayang kamu Chris. Janji
ya !” jawabnya sambil menatap wajahku.
Percaya gak
percaya mungkin dia masi bisa bilang sayang sekarang, tapi ntah untuk nanti.
Buat LDR (Long Distance Relationship) sudah pasti dan kudu wajib ada yang bakal
ngerasain sakit hati.
Hari ini, 16
Juni 2011, baju abu-abu yang melekat ditubuhku. Melengkapi kepucatan wajah dan
beratnya mata yang menahan beban air ini. Aku berdiri di tengah keramaian.
Yaaah.. hari ini aku berada di Bandara, sungguh akan menjadi tempat yang paling
ku benci.
“Chris….,”
ujar Morgan.
Aku hanya
menoleh dan tetesan air matapun tak bisa kutahan. Kudekap erat Morgan dan aku
sama sekali tidak ingin melepasnya.
“Aku sayang
sama kamu. Kamu gak boleh pergi ! Bodok amat !” tak tahan lagi aku menahannya.
“Happy
Anniversary 4 mounth sayang” ujarnya.
Aku baru
sadar ternyata sudah 4 bulan kami bersama.
“Aku tunggu
kamu di Jogja ya,” ujarnya kembali sambil perlahan melepaskan dekapanku.
“Aku mau
kasih kamu ini, di pake ya Gan.”
Bungkusan
kado berwarna merah berisi sweeter merah yang sudah lama kubelikan. Awalnya aku
berniat akan memberikannya saat dia ulang tahun nanti. Langkah- langkah kecil
itu membawanya pergi dan hilang dari penglihatanku. Sejenak kupejamkan mata dan
suara pesawat itu membawanya pergi jauh dariku. Kisahku seperti sinetron yang
tak pernah kuduga awalanya, entah apa yang harus kulakukan sekarang. Mungkin
menepati janji-janji itu sampai mengunggu dua tahun lagi kalaupun tuhan
mempertemukan kami. Selamat datang kesendirian. Selamat datang kesedihan.
“ I can see
you if you are not with me I can say to my self if you are oke”
-The End-
-widi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar