I Love You
27 Februari
2013 pukul 0:21
sepiiiiii
-______-
berhubung
aku ga bisa tidur plus kangen ngepost juga aku sempetin ngetik deh :D
sebenernya
ini cerita bukan murni karya aku hehe maklum lagi pra UN jadi ga sempet untuk
bikin cerita.
oh iya buat
yang nanyain I Love you Christy ntaran yah aku post yaah kira2 bulan mei lah :D
maklum
sekarang sampe april masih sibuk ngejar cita2 wkwk.
kebanyakan
curhat -_- cekidot daaah~
Matahari
hampir terbenam dan menyisakan cahaya jingga yang masih terlukis dilangit luas.
Membuat pemandangan yang indah tersendiri bagi gadis ini. Ia terduduk termangu
ditepi pantai, memperhatikan deburan ombak yang mengalun merdu menghasilkan
suara indah tersendiri ditelinganya. Ia menarik ujung bibirnya, tersenyum kecil.
Ia sangat menikmati pemandangan seperti ini, yang sangat jarang sekali
ditemukan olehnya.
“Mhmm..” Desahnya kecil. Ia mengambil sebuah ikat rambut kecil dari dalam
kantong kecil yang terletak dijaket yang tengah dipakainya. Mengikatkan ke rambutnya
dan membuat wajahnya semakin terlihat imut dan manis.
Ia kembali pada renungannya sendiri. Melamun. Ia tak tau apa yang tengah
dipikirkannya sekarang, terlalu banyak masalah yang hadir dikehidupannya
sehingga membuatnya sedikit lelah, kadang wajahnya terlihat pucat karena
kurangnya tidur dimalam hari. Ini sungguh membuat kondisi tubuhnya menurun,
kadang menurun secara drastis.
“Aku merindukanmu, Antonius Nicky” Ucapnya. Kekasih yang telah meninggalkannya
untuk selamanya, ia sangat merindukannya. Karena, hanya kekasihnya itulah yang
bisa membuatnya semangat kembali, kadang ia memberikan semangat dengan tingkah
lucunya dan membuat hari-hari nya sedikit berwarna. Namun, kini semua hanya
tinggal harapan, karena takdir tidak lagi berpihak padanya.
Ia membuka surat kecil yang dituliskan oleh kekasihnya itu, tulisannya sudah
sedikit luntur karena tiap kali ia membaca surat itu, ia menangis. Terlalu
banyak air mata yang sudah ditumpahkannya diatas kertas yang kini sedikit
lusuh. Digenggamnya juga sebuah cincin, pemberian Nicky yang terakhir kalinya.
Sayang,
janganlah bersedih..
Aku sangat
terluka ketika melihatmu meneteskan setetes air mata dari mata indahmu..
Aku akan
tersiksa dan menganggap diriku sungguh lemah!
Tak bisa
melindungi orang yang sangat kusayang.
Aku sengaja
menulis surat ini, entah mengapa ada hal yang mendorongku, aku sama sekali tak
tau apa itu.
Tapi,
mungkin kau mengetahui jawabannya, sedangkan aku tidak, kkk~
Maaf,
Sayang. Aku tak bisa melindungmu lebih lama, tak bisa membuatmu kembali
tertawa, tersenyum.
Jujur, aku
sangat menyayangimu, kau membuat hidupku lebih berarti. Tak ada yang lain
dihatiku selain kamu.
Dan, cincin
yang ada disurat ini, sengaja ku persiapkan untukmu, aku akan segera melamarmu
waktu itu, namun, Tuhan berkehendak lain.
Jaga dan
simpanlah cincin itu baik-baik, dan ku harapkan kau bisa menemukan penggantiku
yang lebih bisa menjagamu untuk selamanya. Menggantikanku…
I Love You,
Christy Saura Noela Unu
Dan benar, ia menangis lagi. Ia menjadi pribadi yang lemah ketika ditinggalkan
orang yang sangat berarti dikehidupannya, tak ada yang bisa menggantikan lelaki
yang sangat dicintainya itu. Ia memeluk erat surat itu dan menangis dalam diam.
Ia memeluk kedua lututnya erat dan menangis terisak disana. Dipantai yang penuh
kenangan bersama sang kekasih, ia sudah bertekad untuk tak datang lagi ketempat
ini, namun sama sekali tak bisa, ia tak bisa melupakan begitu saja tempat yang
selalu menyimpan kenangan indah bersama orang yang ia sayang.
“Aku sangat merindukanmu, kembalilah padaku.. aku sangat merindukanmu!
Jemputlah aku! Jemput… Hiks,” isaknya parau. Ia terlalu lemah, ingin rasanya ia
berteriak mengeluarkan semua yang ada dihatinya. Namun, ia lebih memilih untuk
memendam semua ini didalam hati kecilnya. Ia sama sekali tak ingin orang lain
tau, ia hanya ingin berbagi kebahagiaan kepada orang lain, bukan kesedihan
seperti sekarang.
Seseorang tengah memperhatikannya dari jauh. Ia hanya bisa memperhatikan tanpa
bisa memberikan semangat kepada orang yang dicintainya selama bertahun-tahun,
dan hanya bisa berlapang dada ketika melihat gadis yang dicintainya lebih
memilih orang lain daripada dirinya, yang penting baginya melihat orang yang
sangat dicintainya bahagia itu lebih baik. Melihat orang yang dicintainya
menangis, seperti ribuan jarum menusuk jantungnya saat itu juga, ia ingin
sekali memeluknya, memberikan semangat, tapi tidak untuk saat ini.
Ia pun beranjak dari sana meninggalkan pemandangan yang menyakitkan hatinya.
Mungkin, ia harus merelakan orang yang dicintainya itu mengeluarkan semua isi
hatinya sendirian daripada harus ia perhatikan seperti ini. Pemandangan ini
akan membuat ia semakin bersalah karena tak bisa melakukan yang terbaik. Ia
lemah, lemah!
***
“kenapa kau melamun, morgan?” Tanya Bisma. Ditangannya membawa dua buah cangkir
wine. “Mau minum?” Tawarnya. Morgan menggelengkan kepalanya tanda tak ada niat
untuk minum malam ini. Kejadian tadi sore masih terngiang-ngiang dibenaknya, ia
berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk membuat “Little Heart” nya tak
terpuruk seperti itu lagi?
“Kau pernah hanya memperhatikan ketika orang yang kau sayangi menangis?” Tanya
Morgan membuka suara. Bisma menoleh, ia diam untuk beberapa saat, lalu
menggeleng.
“Aku tak akan pernah membiarkan orang yang ku cintai dan ku sayangi menangis.
Untuk apa kita mencintainya tapi kita tak melakukan apa-apa? Untuk apa kita
mencintainya tetapi kita tak melindunginya?” balas Bisma, senyum tipis
mengembang diwajahnya, “Ada apa?”
“Hmm.. tidak. Aku hanya bertanya.” Keduanya terdiam. Ini memang sulit, morgan
hanya terpaku mendengar perkataan Bisma. Ucapan Bisma tadi memang benar, tapi
apa yang bisa dilakukan olehnya? Ia hanya bisa menatap cintanya dari kejauhan.
Seakan ada tembok besar menghalangi mereka.
***
Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar yang bernuansa dengan warna ungu.
Celah-celah kecil telah terisi dan diterobos oleh matahari. Gadis ini meringkuk
dan menarik selimutnya lagi, guna mempernyenyak tidurnya. Ia sangat lelah.
Kamar pintunya berdecit, menandakan ada yang telah membukanya. Namun, ia sama
sekali tak peduli dan melanjutkan tidurnya yang sedikit terganggu. “Kau sudah
bangun?” suara seseorang menggema didalam kamarnya. Ia mengenalinya dan membuka
selimutnya sedikit untuk melihat orang yang sangat menyayanginya.
“Mau apa kau kesini?” Tanya gadis itu dingin dan datar. Ia kembali menutup
selimutnya. Morgan hanya bisa menghela napas dan mencoba menyunggingkan
senyumnya. Dengan susah payah senyum itu ia dapatkan karena luka dihatinya
semakin dalam karena Christy selalu memperlakukannya seperti ini.
Christy memang sudah menjadi Istri sah Morgan enam bulan yang lalu. Namun,
Christy sama sekali tak mencintainya. Ia menikah dengan Morgan hanya karena
terpaksa dan mau tak mau harus mengikuti ucapan orang tuanya. Dan, ia dan
Morgan pun tidur didalam kamar yang berbeda.
Morgan
memang tau, Istrinya yang sangat dicintainya itu masih mencintai Antonius Nicky
atau Nicky, sahabat baiknya. Morgan telah mencintai Christy itu sudah sangat
lama, dan mendahului dari Nicky. Namun, ia tetap mencoba berlapang dada
menerimanya ketika ia mendengar Christy orang yang dicintainya telah berpacaran
dengan Nicky.
“Aku sudah membuatkanmu makanan. Cepatlah kebawah, aku ingin kita makan
bersama.” Ucap Morgan lembut. Christy sebenarnya tak tega melihat perlakuannya
kepada Morgan sudah sangat melampaui batas, ia tak tau mengapa ia melakukan itu
semua. Ia masih tak bisa mencintai Morgan, sangat sulit untuk mengubah
perasaannya. Christy pun memutuskan untuk menuruti permintaan Morgan. Ia
membuka selimutnya perlahan lalu berjalan kearah westafel untuk membersihkan
wajahnya.
“Turun saja kau duluan. Aku akan menyusul.” Ucap Christy, Morgan pun mengangguk
dan menyunggingkan senyumnya.
‘Ku harap kau akan bisa mencintaiku disuatu saat nanti dengan sepenuh
hatimu. Aku akan menunggumu~”
***
Hujan turun dengan derasnya. Guntur ikut menggema mengikuti alunan sang hujan
yang terus menetes keatas permukaan bumi. Angin kencang yang ikut menderu
membuat hari ini begitu menakutkan. Christy kini tinggal sendirian didepan
tempatnya berkuliah, ia menunggu taksi dan bus, namun tak ada yang lewat karena
hujan yang turun begitu deras.
“Argh.. Dingin.” Terbesit dibenaknya untuk menelepon Morgan, namun.. ia tau
saat ini Morga sedang bekerja dan tak akan bisa menjemputnya. Ia lebih baik
menunggu sampai hujan reda, tak apalah, yang jelas dijalan ini masih banyak
orang yang lalu lalang dengan berjalan kaki. Jadi ia tak perlu takut dan tak
sendirian.
“Mengapa kau tak meneleponku?” Tanya sebuah suara. Christy menolehkan wajahnya
kearah sumber suara dan ia terkejut mendapati Morgan telah berdiri membawakan
payung dan jaket untuknya. Tergambar jelas diwajahnya nada khawatir, pasti ia
mengkhawatirkan dirinya.’ Oh, Tuhan.. mengapa aku belum bisa juga
mencintainya?’ “Tadi aku pulang kerumah untuk memastikanmu, namun kau tak
ada dirumah. Jadi aku langsung kesini untuk mencarimu.”
-
Christy P.O.V -
“Mengapa kau
tak meneleponku?” aku sedikit terkaget mendengar sumber suara itu yang sepertinya
sedang tertuju padaku. Aku membalikkan badanku dan mendapati Morgan tengah
berdiri disana, aku tau ia pasti sangat mengkhawatirkanku. Ia membawakan jaket
untukku. Aku hanya bisa terdiam, aku sudah terlalu banyak merepotkannya dan
sering membuatnya khawatir. Tapi yang ku pikirkan saat ini, mengapa aku masih
belum bisa mencintainya? “Tadi aku pulang kerumah untuk memastikanmu, namun kau
tak ada dirumah. Jadi aku langsung kesini untuk mencarimu.”
“Aku hanya
tak mau merepotkanmu. Kau kan sedang bekerja, dan aku tak ingin menggangunya.”
Jawabku seperti biasa, dengan nada dingin dan datar. Jujur saja, ku akui ia
tampan, baik dan sangat pengertian juga sayang padaku. Namun, aku masih belum
bisa mencintainya untuk saat ini. Namun aku tak tau kalau nanti, menurutku
cinta akan bisa datang tiba-tiba.
“Itu tak
akan pernah bisa mengangguku. Sudahlah, ayo naik. Hujan semakin deras.” Ia
menyerahkan jaket yang ditangannya padaku. Ia segera memasuki mobil dan aku
mengikutinya.
Selama
perjalanan aku dan ia berada dalam keheningan. Tak tau apa yang ada dibenaknya
dan akupun sama sekali tak tau apa yang ada didalam benakku sekarang. Hatiku
terus meracau tak jelas, rasa bersalah menyelimutiku terus-menerus. Hidupku
sama sekali tak tenang.
“Apa kau
masih tak bisa melupakan Nicky?” TanyaMorgan dingin. Deg.. ia tak pernah
berbicara dengan nada seperti ini sebelumnya. Aku meliriknya yang tengah
menyetir mobil, wajahnya datar. Aku menghela napas kuat, mencoba meyakinkan
diriku sendiri.
“Aku masih
belum bisa melupakannya. Dia merupakan cinta pertamaku, dan aku masih sangat
mencintainya.” Jawabku mantap. Mataku memerah entah kenapa, namun sebisa
mungkin untuk ku tahan dan mengembalikan ke diriku semula. Aku tak mau melihat
kearah Morgan, pasti ekspresinya masih sama. Jujur, aku sangat takut.
“Kalau kau
masih mencintainya, mengapa kau menerima perjodohan denganku? Kalaupun kau tak
bisa mencintaiku, mending kau menolaknya saja. Daripada kau harus hidup dengan
orang yang sama sekali tak kau cintai.” Ucapnya. Aku terdiam, aku tak tau harus
menjawab apa lagi. Aku ingin menangis saat ini juga, aku tak tau. Selama ini
aku sudah bertekad untuk melupakan Nicky, namun sama sekali tak bisa! Bayangan
dirinya selalu bersarang dibenakku. Dan apakah Morgan tau, ketika perjodohan itu,
aku bertekad untuk mencintainya! Bukan semata-mata aku menerimanya dengan asal.
Aku telah mempikirkan semuanya, namun takdir yang tak memihak kepadaku untuk
sekarang ini.
***
Aku segera
memasuki kamarku dan menguncinya. Aku tak sanggup lagi, aku ingin menangis.
Jujur, aku ingin mencintaimu sepenuh hati, mencintaimu sebagai suamiku,
mencintaimu sebagai pendamping hidupku. Tapi apa? Aku tidak bisa kalau harus
mewujudkan itu untuk sekarang. Aku tidak bisa!
bersambung
:p
oh yaa
cerita ini dibagi jadi 2 part. part 2 nya besook yeeh pulang ane sekolah.
lumayan lah buat nemenin nungguin konser HBD2nd nya chibi :D
-widi-
I Love You part 2 #end
27 Februari
2013 pukul 18:05
ini part 2
nyaa~
maaf ngaret,
tadi pulang sekolahnya kesorean ._.v
Aku segera
memasuki kamarku dan menguncinya. Aku tak sanggup lagi, aku ingin menangis.
Jujur, aku ingin mencintaimu sepenuh hati, mencintaimu sebagai suamiku,
mencintaimu sebagai pendamping hidupku. Tapi apa? Aku tidak bisa kalau harus
mewujudkan itu untuk sekarang. Aku tidak bisa!
“Hiks..
Hiks.. maaf! Maaf!” desisku terisak. Aku takut, jujur saja. Tak mudah mencari
lelaki yang sifatnya seperti Morgan. Aku takut ia meninggalkanku, hanya ia yang
bisa mengerti dan memperhatikanku dengan penuh kehangatan. Aku takut, jujur
saja aku takut.. apa aku sudah bisa mencintainya? Apa aku kini mencintainya?
Mengapa aku takut kehilangannya?
“Mungkin ini
saatnya. Aku harus membuka hatiku untuknya. Harus..” Tekadku. Aku ingin sekali
mencintainya dan sekarang aku berusaha untuk mencintainya dengan seluruh
hatiku, aku ingin. Demi menyenangkan ia sebagai suamiku.
***
Morgan
kemana? Sudah jam dua belas malam ia belum pulang. Aku telah menunggunya dari
tadi sore untuk makan malam bersama. Aku sudah menyiapkan semuanya, tapi ia
sama sekali tidak datang. Aku telah memasak makanan kesukaannya, tapi.. mungkin
ini balasan dari Tuhan untukku karena aku telah menyia-nyiakannya.
“Morgan,,
kamu dimana?”
Jujur, aku
sudah sangat ngantuk. Namun, sebagai seorang Istri yang baik aku harus menunggu
suamiku pulang. Ini untuk pertama kalinya aku menunggunya, menunggunya untuk
makan bersama. Tapi apa? Ia sama sekali tidak pulang. Aku menghela napas berat,
aku membaringkan tubuhku diatas sofa dan tak berapa lama akupun terlelap.
***
Hmm, aku
terbangun dari tidurku. Ku lirik jam telah menunjukkan jam delapan pagi. Aku
tersenyum, pasti ia telah pulang kerumah. Aku langsung berlari kecil menuju
kamarnya yang tak jauh dariku, ku buka pintunya sama sekali tak terkunci.
Kepalaku melongok kedalam, tapi aku tak menemukan siapapun didalam kamar. Aku
kecewa… Rupanya ia semalaman tidak pulang. Kemana dia? Aku sangat
mengkhawatirkannya.
Aku beranjak
dari sana dan segera menuju dapur. Menu makan malam semalam belum ku rapikan.
Percuma aku mencari resep segala makanan di Internet, dan mengolahnya dengan
susah payah karena aku tak terbiasa dengan itu semua. Tapi.. usahaku
terbalaskan dengan sia-siaku dan kecewa yang mendalam di lubuk hatiku.
Ting..
Nong..
Bunyi bel
diluar rumah ku dengar. Aku tak tau siapa yang datang, jujur.. Aku sekarang tak
ingin berharap bahwa itu Morgan. Karena, kalau aku berharap, dan ternyata bukan
dia aku cuma mendapatkan kecewa yang bertambah.
“Anisa!
Kapan kamu datang?” Teriakku senang ketika melihat sahabatku, Anisa Rahma
datang kerumahku. Tapi, darimana ia tau alamat rumahku? Ah, tidak penting.
“Christy!”
Serunya. Ia langsung memelukku dan akupun membalas pelukannya. Ia tersenyum dan
akupun langsung mengajaknya ke dalam rumahku, tak baik kalau membiarkan tamu
berdiri diluar.
-
Author P.O.V -
“Kapan kamu
pulang dari Paris?” Tanya Christy. Anisa meminum minumannya lalu
tersenyum.
Tanpa menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya, ia malah mengambil tas kecil
dan memberikannya kepada Christy.
“Ini kubawakan untukmu. Sebagai pengganti ketidak datanganku pada saat
pernikahanmu, pakailah dan suruh juga suamimu memakainya. Itu sangat cocok
untukmu.” Ucapnya. Christy tersenyum, namun seketika wajahnya menjadi murung
ketika mengingat Morgan tak pulang kerumah sejak semalam.
“Kenapa?”
“hmm Tidak apa-apa.”
***
-
christy P.O.V
Sudah pukul sembilan malam Morgan masih belum pulang. Jujur, aku sangat
merindukan perhatiannya yang sering ia lakukan padaku. Tapi, sekarang dia
dimana? Jujur, aku sangat khawatir. Rumah sepi tanpa ada dirinya.
Ting.. Nong..
Aku beranjak kearah pintu ketika mendengar bunyi bell berdentang. Siapa yang
bertamu malam-malam seperti ini? Aku membukakan pintu…
“MORGAN!” Teriakku kaget. Aku melihat ia berjalan sempoyongan dan bau alcohol
menyengat dari tubuhnya. Tubuhnya tidak seimbang, aku segera membopongnya
kedalam kamarnya. Air mataku menetes melihatnya seperti ini. Walaupun aku tak
selalu perduli padanya, tapi aku tau ia sama sekali bukan orang yang peminum.
Tapi kenapa sekarang ia mabuk? Oh, Tuhan..
Aku merebahkan ia keatas kasurnya. Baru pertama kali ini aku benar-benar
memasuki kamarnya. Aku melihat, banyak photoku di dinding kamar ini. Aku
menangis, aku sangat merasa bersalah atas perlakuanku selama ini terhadapnya.
“Christy.. Aku mencintaimu, I Love You~”
“Maaf..” Ucapku sedikit terisak ketika mendengar racau-annya.
Aku
melepaskan sepatu dan jas kantornya. Aku menatap sendu wajahnya yang polos
apabila ia sedang tertidur dengan mata terpejam seperti ini. Dia sangat lucu.
Disaat aku ingin membuka bajunya, tak sengaja aku melihat sesuatu yang ganjal
berada dileher suamiku. Aku mengamatinya lalu membuka bajunya sedikit, mataku
membulat… Apa yang ku lihat? Tanda merah? Ada bekas ciuman? Aku menjauh dari
tempatnya sekarang berada. Aku tak sanggup melihat tanda merah itu, siapa yang
berani menyentuhnya? Argh!
***
-
Author P.O.V
Matahari menerobos masuk ke dalam kamar yang sebagian bendanya berwarna pink,
dengan cat kamar berwarna putih. Seorang laki-laki tengah tertidur pulas
disana, ia tak menyadari bahwa matahari tengah menyengat di pagi hari ini yang
tepat mengenai wajah tampannya.
“Hmm..” Ia menggeliat, lalu terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya guna
memperjelas pandangannya. Ia melirik kearah jam dinding yang berada di
sampingnya. “hah? Sudah jam delapan pagi?” Ucapnya kaget. Ia harus segera ke
kantor karena ada rapat setengah jam lagi. Ia langsung bergegas menuju kebawah
guna menyiapkan makanan untuknya dan untuk istri yang –menurutnya tak
mencintainya.
Ia melihat ke sekeliling rumahnya. Sudah bersih. Siapa yang membersihkannya?
Istrinya mungkin sekarang belum bangun, jadi tak mungkin ia yang
membersihkannya. Morgan menuju kamar istrinya.
Cklek..
Ia tak menemui siapapun disana. “Kemana dia?” Morgan tak memperdulikannya,
untuk apa ia memperdulikan istrinya yang tak memperdulikannya? Ia kembali ke
dapur untuk memasak. Karena sebelumnya langkahnya terhenti untuk melihat
ruangan yang sudah bersih yang tak diketahuinya siapa yang membersihkannya.
Ia mendapati Christy telah duduk manis dimeja makan, namun wajahnya sungguh
datar. Ia juga telah melihat masakan yang begitu banyak sudah siap diatas meja
makan. Apa dia yang memasaknya?
“Lebih baik kamu tidak usah ke kantor hari ini.” Ucapnya tiba-tiba. Mata Morgan
mengarah kearahnya, maksudnya apa untuk tidak menyuruhnya bekerja hari ini? Ia
menatap kearah Morgan dan seolah tau tentang apa yang dipikirkan suaminya itu
sekarang, “Apa kau tidak malu dengan tanda merah dilehermu itu? Ck~”
Morgan terperanjat kaget. Christy meninggalkannya sendirian di meja makan. Ia
lebih baik memilih meninggalkan orang yang kini dicintainya telah bermain
dengan perempuan lain. Kecewa. Ia sungguh kecewa. Sakit hatinya sekarang tak
bisa dijabarkan dengan apapun, ia terlalu kecewa! Apakah ini karma?
“Bodoh! Mengapa aku begitu bodoh! Argh~” racau Morgan. Ia tak menyangka akan
melakukan hal yang diluar kendali. Ia tak bisa mengontrol emosinya semalam,
akibatnya ya seperti ini. “Argh!”
***
‘Morgan bodoh! Bodoh! Bodoh! Tega!’ Batin Christy. Ia menangis. Ia tak akan
mungkin bisa ke kampus hari ini dengan mata yang sedikit sembab. Ia lebih
memilih memutar-mutar tak menentu. Sampai akhirnya, ia lebih memilih ke tempat
yang biasa ia kunjungi dengan Nicky, danau yang memang jauh letaknya dari
keramaian. Namun, tempat itu dapat menenangkannya untuk sekarang.
Ia memakirkan mobilnya. Dipandanginya handphone-nya yang sedari tadi
menyala-nyala, Ia melihat tertera dilayar handphonenya ‘Morgan’. Ia hanya tersenyum
kecut lalu keluar dari mobilnya, ia menuju kearah pohon tinggi nan rindang. Ia
duduk menyandarkan tubuhnya disana dan memejamkan matanya.
“Apa harus aku melanjutkan perasaan ini?” Gumamnya. Ia tak mungkin menangis
lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan. Ia memejamkan matanya,
guna menstabilkan emosinya sekarang.
Tess..
Tess..
Air matanya
menetes lagi. “Ini sudah lebih dari cukup. Aku akan membuktikan padamu Morgan
Winata!”
***
-
Morgan P.O.V
Sudah larut
malam ia masih juga belum pulang kerumah. Aku khawatir padanya, tempat-tempat
yang ku ketahui yang suka dikunjunginya pun ia juga tak ada disana. Lalu
sekarang ia dimana? Aku khawatir. Maaf sayang~ Aku tidak bermaksud membuatmu
sakit hati dan salah paham. Andai kau tau aku frustasi gara-gara kamu tak
mencintaiku. Aku memang bodoh, sayang. Maaf..
“Kamu
dimana, Chrs? Ah! Aku menyesal telah mendiamkanmu beberapa hari yang lalu.
Argh!”
Aku telah
mencoba menghubunginya. Tapi selalu diabaikan dan tak ada jawaban darinya. Ia
membuatku semakin cemas, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya.
“emhh..”
Aku
mendengar suara Christy! Ia sudah pulang. Aku segera berlari menuju pintu masuk
dan ku temukan ia dengan rambut yang berantakan dan baju kemejanya yang kancing
atasnya sedikit terbuka. Apa yang sudah ia lakukan? Aku tak perduli untuk
sekarang. Aku segera memeluknya. Aku memeluknya erat. Aku rindu padanya!
“lepasin..” Christy sedikit berontak. Tapi aku tak melepaskannya sedikit pun,
akhirnya ia diam.
“Maaf
sayang~ I Love You!” Ucapku. Aku menoleh dan tak sengaja menemukan sesuatu yang
janggal, aku menjauhinya. Ia menatapku datar. “Kamu kenapa? Mengapa wajahmu
pucat dan matamu kenapa sembab? Apa kamu menangis? Kamu kenapa?” Tanyaku
khawatir. Ia tak mengindahkan pertanyaanku dan segera masuk ke dalam rumah. Aku
tertegun. Mungkin, apakah ia cemburu karena ada bekas kissmark dileherku waktu
itu? Aku minta maaf.. Aku sungguh diluar kendali saat itu!
“kamu harus
bicara baik-baik dengannya.” Suara seseorang membuatku menengadahkan kepalaku
untuk melihat dimana sumber suara itu. Ternyata ia Anisa sahabat baik Christy
dan ia sekaligus sepupuku yang sangat akrab denganku. Ia tersenyum menatapku
lalu menepuk pundakku pelan, “Ia tadi siang kerumahku dan sudah bercerita
banyak tentang dirimu dan pernikahan kalian. Aku sudah tau semua ceritanya.
Dan, aku juga tau kamu telah berhubungan dengan perempuan lain selain dirinya
dan sampai kamu berani menyentuh perempuan itu. Aku tau dan aku mengerti kamu
Morgan, aku yakin kamu tak akan selingkuh dibelakangnya. Kamu waktu itu diluar
kendali kan? Aku paham. Jadi, menurutku kamu harus segera menjelaskan semuanya
padanya. Sebelum masalah ini terus dan terlampaui jauh.”
Aku menatap
Anisa dengan tatapan seakan masih perlu penjelasan darinya. “Aku yakin kamu
akan mengetahuinya. Dan, aku pamit pulang. permisi~”
Anisa
meninggalkan ku sendirian diluar rumahku ini. Aku memperhatikannya yang sudah
hilang dari hadapanku, ia sudah mengendarai mobil jazz hitamnya sambil berlalu.
Seakan tersadar, aku segera memasuki rumahku dan segera menuju kamar Christy
dengan berlari kecil. Aku membutuhkan penjelasan dari mulut kecil nan manis
dari wajahnya.
Aku
mendengar suara isak tangis dari dalam kamar Christy. Kenapa ia menangis? Aku
membuka pintunya pelan dan melihat ia sedang meringkuk disudut kamar dan
menelungkupkan kepalanya diantara kedua kakinya. Aku tercengang melihatnya.
Tanpa sadar aku mendekatinya, dan kini aku telah berada dihadapannya. Tanganku
meraih kepalanya dan mengangkatnya, aku menghadapkan wajahnya untuk menatap
kearahku. Ia masih menangis sesenggukan sambil menatap wajahku. Aku tersenyum.
“kenapa
sayang? kenapa kamu menangis? Apa aku menyakitimu?” Tanyaku lembut. Ia
menggeleng pelan lalu segera memelukku, menangis didalam pelukanku. Aku
mengusap rambutnya pelan. Baru kali ini ia yang memelukku dengan kehendaknya
sendiri, aku membalas pelukannya.
“I love you
gan!” Ia memelukku lebih erat. Aku terpaku, apa.. Ia mengucapkan ‘i love you
morgan?’ Apa itu benar? Apa aku tidak berkhayal untuk ini? Aku segera
melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya
itu.
“Kamu..
Kamu.. Mengucapkan itu? Ini bukan mimpi kan? Iyakan?” Aku mencoba meyakinkan
diriku sendiri lalu menariknya lagi ke dalam pelukanku. “Aku tak percaya ini!
Ku kira ini hanya akan menjadi mimpi bagiku dan tak akan pernah terjadi. Tapia
apa? Ini semuanya terjadi! Aku sangat senang”
“Ya, Gan.
Ini bukan mimpi. Aku mencintaimu. Sekarang.. Aku sudah bisa melupakannya
–Nicky. Kurasa ia akan bahagia melihatku bahagia denganmu. Maaf selama ini aku
mengacuhkanmu. Dan aku mulai mengerti, kau melakukan ‘itu’ dengan perempuan
lain hanya karena kau frustasi dan diluar kendali. Itu juga semua karena
salahku. Aku telah mengabaikanmu selama ini. Morgan! Maaf, i love you~”
“ya. Aku
juga telah menyesal melakukan itu, Chris. Maaf. Sekali lagi maaf.. dan sekarang
aku akan membahagiakanmu sepanjang hidupku. Aku tak akan mengecewakanmu lagi.
Aku janji..”
“Janji?”
“yaa~”
Aku
merengkuh tubuh hangatnya. Ia tersenyum dalam pelukanku. Aku sudah lama
menginginkan ini darinya. Sebuah kehangatan tanpa sebuah paksaan dari dalam
dirinya sekarang.Christy, I love You~ aku tak akan mengecewakanmu.
‘….Cinta
akan datang kapan saja tanpa kita duga dan kita pahami apa yang sebenarnya
terjadi….’
-
THE END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar