Kamis, 01 Mei 2014

CerpenI Love You



I Love You
27 Februari 2013 pukul 0:21
sepiiiiii -______-
berhubung aku ga bisa tidur plus kangen ngepost juga aku sempetin ngetik deh :D
sebenernya ini cerita bukan murni karya aku hehe maklum lagi pra UN jadi ga sempet untuk bikin cerita.
oh iya buat yang nanyain I Love you Christy ntaran yah aku post yaah kira2 bulan mei lah :D
maklum sekarang sampe april masih sibuk ngejar cita2 wkwk.
kebanyakan curhat -_- cekidot daaah~




Matahari hampir terbenam dan menyisakan cahaya jingga yang masih terlukis dilangit luas. Membuat pemandangan yang indah tersendiri bagi gadis ini. Ia terduduk termangu ditepi pantai, memperhatikan deburan ombak yang mengalun merdu menghasilkan suara indah tersendiri ditelinganya. Ia menarik ujung bibirnya, tersenyum kecil. Ia sangat menikmati pemandangan seperti ini, yang sangat jarang sekali ditemukan olehnya.

            “Mhmm..” Desahnya kecil. Ia mengambil sebuah ikat rambut kecil dari dalam kantong kecil yang terletak dijaket yang tengah dipakainya. Mengikatkan ke rambutnya dan membuat wajahnya semakin terlihat imut dan manis.

            Ia kembali pada renungannya sendiri. Melamun. Ia tak tau apa yang tengah dipikirkannya sekarang, terlalu banyak masalah yang hadir dikehidupannya sehingga membuatnya sedikit lelah, kadang wajahnya terlihat pucat karena kurangnya tidur dimalam hari. Ini sungguh membuat kondisi tubuhnya menurun, kadang menurun secara drastis.

            “Aku merindukanmu, Antonius Nicky” Ucapnya. Kekasih yang telah meninggalkannya untuk selamanya, ia sangat merindukannya. Karena, hanya kekasihnya itulah yang bisa membuatnya semangat kembali, kadang ia memberikan semangat dengan tingkah lucunya dan membuat hari-hari nya sedikit berwarna. Namun, kini semua hanya tinggal harapan, karena takdir tidak lagi berpihak padanya.

            Ia membuka surat kecil yang dituliskan oleh kekasihnya itu, tulisannya sudah sedikit luntur karena tiap kali ia membaca surat itu, ia menangis. Terlalu banyak air mata yang sudah ditumpahkannya diatas kertas yang kini sedikit lusuh. Digenggamnya juga sebuah cincin, pemberian Nicky yang terakhir kalinya.

Sayang, janganlah bersedih..
Aku sangat terluka ketika melihatmu meneteskan setetes air mata dari mata indahmu..
Aku akan tersiksa dan menganggap diriku sungguh lemah!
Tak bisa melindungi orang yang sangat kusayang.
Aku sengaja menulis surat ini, entah mengapa ada hal yang mendorongku, aku sama sekali tak tau apa itu.
Tapi, mungkin kau mengetahui jawabannya, sedangkan aku tidak, kkk~
Maaf, Sayang. Aku tak bisa melindungmu lebih lama, tak bisa membuatmu kembali tertawa, tersenyum.
Jujur, aku sangat menyayangimu, kau membuat hidupku lebih berarti. Tak ada yang lain dihatiku selain kamu.
Dan, cincin yang ada disurat ini, sengaja ku persiapkan untukmu, aku akan segera melamarmu waktu itu, namun, Tuhan berkehendak lain.
Jaga dan simpanlah cincin itu baik-baik, dan ku harapkan kau bisa menemukan penggantiku yang lebih bisa menjagamu untuk selamanya. Menggantikanku…
I Love You, Christy Saura Noela Unu

            Dan benar, ia menangis lagi. Ia menjadi pribadi yang lemah ketika ditinggalkan orang yang sangat berarti dikehidupannya, tak ada yang bisa menggantikan lelaki yang sangat dicintainya itu. Ia memeluk erat surat itu dan menangis dalam diam. Ia memeluk kedua lututnya erat dan menangis terisak disana. Dipantai yang penuh kenangan bersama sang kekasih, ia sudah bertekad untuk tak datang lagi ketempat ini, namun sama sekali tak bisa, ia tak bisa melupakan begitu saja tempat yang selalu menyimpan kenangan indah bersama orang yang ia sayang.

            “Aku sangat merindukanmu, kembalilah padaku.. aku sangat merindukanmu! Jemputlah aku! Jemput… Hiks,” isaknya parau. Ia terlalu lemah, ingin rasanya ia berteriak mengeluarkan semua yang ada dihatinya. Namun, ia lebih memilih untuk memendam semua ini didalam hati kecilnya. Ia sama sekali tak ingin orang lain tau, ia hanya ingin berbagi kebahagiaan kepada orang lain, bukan kesedihan seperti sekarang.

            Seseorang tengah memperhatikannya dari jauh. Ia hanya bisa memperhatikan tanpa bisa memberikan semangat kepada orang yang dicintainya selama bertahun-tahun, dan hanya bisa berlapang dada ketika melihat gadis yang dicintainya lebih memilih orang lain daripada dirinya, yang penting baginya melihat orang yang sangat dicintainya bahagia itu lebih baik. Melihat orang yang dicintainya menangis, seperti ribuan jarum menusuk jantungnya saat itu juga, ia ingin sekali memeluknya, memberikan semangat, tapi tidak untuk saat ini.

            Ia pun beranjak dari sana meninggalkan pemandangan yang menyakitkan hatinya. Mungkin, ia harus merelakan orang yang dicintainya itu mengeluarkan semua isi hatinya sendirian daripada harus ia perhatikan seperti ini. Pemandangan ini akan membuat ia semakin bersalah karena tak bisa melakukan yang terbaik. Ia lemah, lemah!

***

            “kenapa kau melamun, morgan?” Tanya Bisma. Ditangannya membawa dua buah cangkir wine. “Mau minum?” Tawarnya. Morgan menggelengkan kepalanya tanda tak ada niat untuk minum malam ini. Kejadian tadi sore masih terngiang-ngiang dibenaknya, ia berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk membuat “Little Heart” nya tak terpuruk seperti itu lagi?

            “Kau pernah hanya memperhatikan ketika orang yang kau sayangi menangis?” Tanya Morgan membuka suara. Bisma menoleh, ia diam untuk beberapa saat, lalu menggeleng.

            “Aku tak akan pernah membiarkan orang yang ku cintai dan ku sayangi menangis. Untuk apa kita mencintainya tapi kita tak melakukan apa-apa? Untuk apa kita mencintainya tetapi kita tak melindunginya?” balas Bisma, senyum tipis mengembang diwajahnya, “Ada apa?”

            “Hmm.. tidak. Aku hanya bertanya.” Keduanya terdiam. Ini memang sulit, morgan hanya terpaku mendengar perkataan Bisma. Ucapan Bisma tadi memang benar, tapi apa yang bisa dilakukan olehnya? Ia hanya bisa menatap cintanya dari kejauhan. Seakan ada tembok besar menghalangi mereka.

***

            Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar yang bernuansa dengan warna ungu. Celah-celah kecil telah terisi dan diterobos oleh matahari. Gadis ini meringkuk dan menarik selimutnya lagi, guna mempernyenyak tidurnya. Ia sangat lelah.

            Kamar pintunya berdecit, menandakan ada yang telah membukanya. Namun, ia sama sekali tak peduli dan melanjutkan tidurnya yang sedikit terganggu. “Kau sudah bangun?” suara seseorang menggema didalam kamarnya. Ia mengenalinya dan membuka selimutnya sedikit untuk melihat orang yang sangat menyayanginya.

            “Mau apa kau kesini?” Tanya gadis itu dingin dan datar. Ia kembali menutup selimutnya. Morgan hanya bisa menghela napas dan mencoba menyunggingkan senyumnya. Dengan susah payah senyum itu ia dapatkan karena luka dihatinya semakin dalam karena Christy selalu memperlakukannya seperti ini.

            Christy memang sudah menjadi Istri sah Morgan enam bulan yang lalu. Namun, Christy sama sekali tak mencintainya. Ia menikah dengan Morgan hanya karena terpaksa dan mau tak mau harus mengikuti ucapan orang tuanya. Dan, ia dan Morgan pun tidur didalam kamar yang berbeda.

           Morgan memang tau, Istrinya yang sangat dicintainya itu masih mencintai Antonius Nicky atau Nicky, sahabat baiknya. Morgan telah mencintai Christy itu sudah sangat lama, dan mendahului dari Nicky. Namun, ia tetap mencoba berlapang dada menerimanya ketika ia mendengar Christy orang yang dicintainya telah berpacaran dengan Nicky.

            “Aku sudah membuatkanmu makanan. Cepatlah kebawah, aku ingin kita makan bersama.” Ucap Morgan lembut. Christy sebenarnya tak tega melihat perlakuannya kepada Morgan sudah sangat melampaui batas, ia tak tau mengapa ia melakukan itu semua. Ia masih tak bisa mencintai Morgan, sangat sulit untuk mengubah perasaannya. Christy pun memutuskan untuk menuruti permintaan Morgan. Ia membuka selimutnya perlahan lalu berjalan kearah westafel untuk membersihkan wajahnya.

            “Turun saja kau duluan. Aku akan menyusul.” Ucap Christy, Morgan pun mengangguk dan menyunggingkan senyumnya.

            ‘Ku harap kau akan bisa mencintaiku disuatu saat nanti dengan sepenuh hatimu. Aku akan menunggumu~”

***

            Hujan turun dengan derasnya. Guntur ikut menggema mengikuti alunan sang hujan yang terus menetes keatas permukaan bumi. Angin kencang yang ikut menderu membuat hari ini begitu menakutkan. Christy kini tinggal sendirian didepan tempatnya berkuliah, ia menunggu taksi dan bus, namun tak ada yang lewat karena hujan yang turun begitu deras.

            “Argh.. Dingin.” Terbesit dibenaknya untuk menelepon Morgan, namun.. ia tau saat ini Morga sedang bekerja dan tak akan bisa menjemputnya. Ia lebih baik menunggu sampai hujan reda, tak apalah, yang jelas dijalan ini masih banyak orang yang lalu lalang dengan berjalan kaki. Jadi ia tak perlu takut dan tak sendirian.

            “Mengapa kau tak meneleponku?” Tanya sebuah suara. Christy menolehkan wajahnya kearah sumber suara dan ia terkejut mendapati Morgan telah berdiri membawakan payung dan jaket untuknya. Tergambar jelas diwajahnya nada khawatir, pasti ia mengkhawatirkan dirinya.’ Oh, Tuhan.. mengapa aku belum bisa juga mencintainya?’ “Tadi aku pulang kerumah untuk memastikanmu, namun kau tak ada dirumah. Jadi aku langsung kesini untuk mencarimu.”

-          Christy P.O.V  -

“Mengapa kau tak meneleponku?” aku sedikit terkaget mendengar sumber suara itu yang sepertinya sedang tertuju padaku. Aku membalikkan badanku dan mendapati Morgan tengah berdiri disana, aku tau ia pasti sangat mengkhawatirkanku. Ia membawakan jaket untukku. Aku hanya bisa terdiam, aku sudah terlalu banyak merepotkannya dan sering membuatnya khawatir. Tapi yang ku pikirkan saat ini, mengapa aku masih belum bisa mencintainya? “Tadi aku pulang kerumah untuk memastikanmu, namun kau tak ada dirumah. Jadi aku langsung kesini untuk mencarimu.”

“Aku hanya tak mau merepotkanmu. Kau kan sedang bekerja, dan aku tak ingin menggangunya.” Jawabku seperti biasa, dengan nada dingin dan datar. Jujur saja, ku akui ia tampan, baik dan sangat pengertian juga sayang padaku. Namun, aku masih belum bisa mencintainya untuk saat ini. Namun aku tak tau kalau nanti, menurutku cinta akan bisa datang tiba-tiba.

“Itu tak akan pernah bisa mengangguku. Sudahlah, ayo naik. Hujan semakin deras.” Ia menyerahkan jaket yang ditangannya padaku. Ia segera memasuki mobil dan aku mengikutinya.

Selama perjalanan aku dan ia berada dalam keheningan. Tak tau apa yang ada dibenaknya dan akupun sama sekali tak tau apa yang ada didalam benakku sekarang. Hatiku terus meracau tak jelas, rasa bersalah menyelimutiku terus-menerus. Hidupku sama sekali tak tenang.

“Apa kau masih tak bisa melupakan Nicky?” TanyaMorgan dingin. Deg.. ia tak pernah berbicara dengan nada seperti ini sebelumnya. Aku meliriknya yang tengah menyetir mobil, wajahnya datar. Aku menghela napas kuat, mencoba meyakinkan diriku sendiri.

“Aku masih belum bisa melupakannya. Dia merupakan cinta pertamaku, dan aku masih sangat mencintainya.” Jawabku mantap. Mataku memerah entah kenapa, namun sebisa mungkin untuk ku tahan dan mengembalikan ke diriku semula. Aku tak mau melihat kearah Morgan, pasti ekspresinya masih sama. Jujur, aku sangat takut.

“Kalau kau masih mencintainya, mengapa kau menerima perjodohan denganku? Kalaupun kau tak bisa mencintaiku, mending kau menolaknya saja. Daripada kau harus hidup dengan orang yang sama sekali tak kau cintai.” Ucapnya. Aku terdiam, aku tak tau harus menjawab apa lagi. Aku ingin menangis saat ini juga, aku tak tau. Selama ini aku sudah bertekad untuk melupakan Nicky, namun sama sekali tak bisa! Bayangan dirinya selalu bersarang dibenakku. Dan apakah Morgan tau, ketika perjodohan itu, aku bertekad untuk mencintainya! Bukan semata-mata aku menerimanya dengan asal. Aku telah mempikirkan semuanya, namun takdir yang tak memihak kepadaku untuk sekarang ini.

***

Aku segera memasuki kamarku dan menguncinya. Aku tak sanggup lagi, aku ingin menangis. Jujur, aku ingin mencintaimu sepenuh hati, mencintaimu sebagai suamiku, mencintaimu sebagai pendamping hidupku. Tapi apa? Aku tidak bisa kalau harus mewujudkan itu untuk sekarang. Aku tidak bisa!


bersambung :p

oh yaa cerita ini dibagi jadi 2 part. part 2 nya besook yeeh pulang ane sekolah. lumayan lah buat nemenin nungguin konser HBD2nd nya chibi :D

-widi-
I Love You part 2 #end
27 Februari 2013 pukul 18:05
ini part 2 nyaa~
maaf ngaret, tadi pulang sekolahnya kesorean ._.v



Aku segera memasuki kamarku dan menguncinya. Aku tak sanggup lagi, aku ingin menangis. Jujur, aku ingin mencintaimu sepenuh hati, mencintaimu sebagai suamiku, mencintaimu sebagai pendamping hidupku. Tapi apa? Aku tidak bisa kalau harus mewujudkan itu untuk sekarang. Aku tidak bisa!

“Hiks.. Hiks.. maaf! Maaf!” desisku terisak. Aku takut, jujur saja. Tak mudah mencari lelaki yang sifatnya seperti Morgan. Aku takut ia meninggalkanku, hanya ia yang bisa mengerti dan memperhatikanku dengan penuh kehangatan. Aku takut, jujur saja aku takut.. apa aku sudah bisa mencintainya? Apa aku kini mencintainya? Mengapa aku takut kehilangannya?

“Mungkin ini saatnya. Aku harus membuka hatiku untuknya. Harus..” Tekadku. Aku ingin sekali mencintainya dan sekarang aku berusaha untuk mencintainya dengan seluruh hatiku, aku ingin. Demi menyenangkan ia sebagai suamiku.

***

Morgan kemana? Sudah jam dua belas malam ia belum pulang. Aku telah menunggunya dari tadi sore untuk makan malam bersama. Aku sudah menyiapkan semuanya, tapi ia sama sekali tidak datang. Aku telah memasak makanan kesukaannya, tapi.. mungkin ini balasan dari Tuhan untukku karena aku telah menyia-nyiakannya.

“Morgan,, kamu dimana?”

Jujur, aku sudah sangat ngantuk. Namun, sebagai seorang Istri yang baik aku harus menunggu suamiku pulang. Ini untuk pertama kalinya aku menunggunya, menunggunya untuk makan bersama. Tapi apa? Ia sama sekali tidak pulang. Aku menghela napas berat, aku membaringkan tubuhku diatas sofa dan tak berapa lama akupun terlelap.

***

Hmm, aku terbangun dari tidurku. Ku lirik jam telah menunjukkan jam delapan pagi. Aku tersenyum, pasti ia telah pulang kerumah. Aku langsung berlari kecil menuju kamarnya yang tak jauh dariku, ku buka pintunya sama sekali tak terkunci. Kepalaku melongok kedalam, tapi aku tak menemukan siapapun didalam kamar. Aku kecewa… Rupanya ia semalaman tidak pulang. Kemana dia? Aku sangat mengkhawatirkannya.

Aku beranjak dari sana dan segera menuju dapur. Menu makan malam semalam belum ku rapikan. Percuma aku mencari resep segala makanan di Internet, dan mengolahnya dengan susah payah karena aku tak terbiasa dengan itu semua. Tapi.. usahaku terbalaskan dengan sia-siaku dan kecewa yang mendalam di lubuk hatiku.

Ting.. Nong..

Bunyi bel diluar rumah ku dengar. Aku tak tau siapa yang datang, jujur.. Aku sekarang tak ingin berharap bahwa itu Morgan. Karena, kalau aku berharap, dan ternyata bukan dia aku cuma mendapatkan kecewa yang bertambah.

“Anisa! Kapan kamu datang?” Teriakku senang ketika melihat sahabatku, Anisa Rahma datang kerumahku. Tapi, darimana ia tau alamat rumahku? Ah, tidak penting.

“Christy!” Serunya. Ia langsung memelukku dan akupun membalas pelukannya. Ia tersenyum dan akupun langsung mengajaknya ke dalam rumahku, tak baik kalau membiarkan tamu berdiri diluar.

-          Author P.O.V  -

“Kapan kamu pulang dari Paris?” Tanya Christy. Anisa meminum minumannya lalu
tersenyum. Tanpa menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya, ia malah mengambil tas kecil dan memberikannya kepada Christy.

            “Ini kubawakan untukmu. Sebagai pengganti ketidak datanganku pada saat pernikahanmu, pakailah dan suruh juga suamimu memakainya. Itu sangat cocok untukmu.” Ucapnya. Christy tersenyum, namun seketika wajahnya menjadi murung ketika mengingat Morgan tak pulang kerumah sejak semalam.

            “Kenapa?”

            “hmm Tidak apa-apa.”

***

-          christy P.O.V

            Sudah pukul sembilan malam Morgan masih belum pulang. Jujur, aku sangat merindukan perhatiannya yang sering ia lakukan padaku. Tapi, sekarang dia dimana? Jujur, aku sangat khawatir. Rumah sepi tanpa ada dirinya.

            Ting.. Nong..

            Aku beranjak kearah pintu ketika mendengar bunyi bell berdentang. Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini? Aku membukakan pintu…

            “MORGAN!” Teriakku kaget. Aku melihat ia berjalan sempoyongan dan bau alcohol menyengat dari tubuhnya. Tubuhnya tidak seimbang, aku segera membopongnya kedalam kamarnya. Air mataku menetes melihatnya seperti ini. Walaupun aku tak selalu perduli padanya, tapi aku tau ia sama sekali bukan orang yang peminum. Tapi kenapa sekarang ia mabuk? Oh, Tuhan..

            Aku merebahkan ia keatas kasurnya. Baru pertama kali ini aku benar-benar memasuki kamarnya. Aku melihat, banyak photoku di dinding kamar ini. Aku menangis, aku sangat merasa bersalah atas perlakuanku selama ini terhadapnya.

            “Christy.. Aku mencintaimu, I Love You~”

            “Maaf..” Ucapku sedikit terisak ketika mendengar racau-annya.
Aku melepaskan sepatu dan jas kantornya. Aku menatap sendu wajahnya yang polos apabila ia sedang tertidur dengan mata terpejam seperti ini. Dia sangat lucu.

            Disaat aku ingin membuka bajunya, tak sengaja aku melihat sesuatu yang ganjal berada dileher suamiku. Aku mengamatinya lalu membuka bajunya sedikit, mataku membulat… Apa yang ku lihat? Tanda merah? Ada bekas ciuman? Aku menjauh dari tempatnya sekarang berada. Aku tak sanggup melihat tanda merah itu, siapa yang berani menyentuhnya? Argh!

***

-          Author P.O.V

            Matahari menerobos masuk ke dalam kamar yang sebagian bendanya berwarna pink, dengan cat kamar berwarna putih. Seorang laki-laki tengah tertidur pulas disana, ia tak menyadari bahwa matahari tengah menyengat di pagi hari ini yang tepat mengenai wajah tampannya.

            “Hmm..” Ia menggeliat, lalu terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya guna memperjelas pandangannya. Ia melirik kearah jam dinding yang berada di sampingnya. “hah? Sudah jam delapan pagi?” Ucapnya kaget. Ia harus segera ke kantor karena ada rapat setengah jam lagi. Ia langsung bergegas menuju kebawah guna menyiapkan makanan untuknya dan untuk istri yang –menurutnya tak mencintainya.

            Ia melihat ke sekeliling rumahnya. Sudah bersih. Siapa yang membersihkannya? Istrinya mungkin sekarang belum bangun, jadi tak mungkin ia yang membersihkannya. Morgan menuju kamar istrinya.

            Cklek..

            Ia tak menemui siapapun disana. “Kemana dia?” Morgan tak memperdulikannya, untuk apa ia memperdulikan istrinya yang tak memperdulikannya? Ia kembali ke dapur untuk memasak. Karena sebelumnya langkahnya terhenti untuk melihat ruangan yang sudah bersih yang tak diketahuinya siapa yang membersihkannya.

            Ia mendapati Christy telah duduk manis dimeja makan, namun wajahnya sungguh datar. Ia juga telah melihat masakan yang begitu banyak sudah siap diatas meja makan. Apa dia yang memasaknya?

            “Lebih baik kamu tidak usah ke kantor hari ini.” Ucapnya tiba-tiba. Mata Morgan mengarah kearahnya, maksudnya apa untuk tidak menyuruhnya bekerja hari ini? Ia menatap kearah Morgan dan seolah tau tentang apa yang dipikirkan suaminya itu sekarang, “Apa kau tidak malu dengan tanda merah dilehermu itu? Ck~”

            Morgan terperanjat kaget. Christy meninggalkannya sendirian di meja makan. Ia lebih baik memilih meninggalkan orang yang kini dicintainya telah bermain dengan perempuan lain. Kecewa. Ia sungguh kecewa. Sakit hatinya sekarang tak bisa dijabarkan dengan apapun, ia terlalu kecewa! Apakah ini karma?

            “Bodoh! Mengapa aku begitu bodoh! Argh~” racau Morgan. Ia tak menyangka akan melakukan hal yang diluar kendali. Ia tak bisa mengontrol emosinya semalam, akibatnya ya seperti ini. “Argh!”

***

            ‘Morgan bodoh! Bodoh! Bodoh! Tega!’ Batin Christy. Ia menangis. Ia tak akan mungkin bisa ke kampus hari ini dengan mata yang sedikit sembab. Ia lebih memilih memutar-mutar tak menentu. Sampai akhirnya, ia lebih memilih ke tempat yang biasa ia kunjungi dengan Nicky, danau yang memang jauh letaknya dari keramaian. Namun, tempat itu dapat menenangkannya untuk sekarang.

            Ia memakirkan mobilnya. Dipandanginya handphone-nya yang sedari tadi menyala-nyala, Ia melihat tertera dilayar handphonenya ‘Morgan’. Ia hanya tersenyum kecut lalu keluar dari mobilnya, ia menuju kearah pohon tinggi nan rindang. Ia duduk menyandarkan tubuhnya disana dan memejamkan matanya.

            “Apa harus aku melanjutkan perasaan ini?” Gumamnya. Ia tak mungkin menangis lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan. Ia memejamkan matanya, guna menstabilkan emosinya sekarang.

Tess.. Tess..

Air matanya menetes lagi. “Ini sudah lebih dari cukup. Aku akan membuktikan padamu Morgan Winata!”

***

-          Morgan P.O.V

Sudah larut malam ia masih juga belum pulang kerumah. Aku khawatir padanya, tempat-tempat yang ku ketahui yang suka dikunjunginya pun ia juga tak ada disana. Lalu sekarang ia dimana? Aku khawatir. Maaf sayang~ Aku tidak bermaksud membuatmu sakit hati dan salah paham. Andai kau tau aku frustasi gara-gara kamu tak mencintaiku. Aku memang bodoh, sayang. Maaf..

“Kamu dimana, Chrs? Ah! Aku menyesal telah mendiamkanmu beberapa hari yang lalu. Argh!”

Aku telah mencoba menghubunginya. Tapi selalu diabaikan dan tak ada jawaban darinya. Ia membuatku semakin cemas, aku tak tahu apa yang akan dilakukannya.

“emhh..”

Aku mendengar suara Christy! Ia sudah pulang. Aku segera berlari menuju pintu masuk dan ku temukan ia dengan rambut yang berantakan dan baju kemejanya yang kancing atasnya sedikit terbuka. Apa yang sudah ia lakukan? Aku tak perduli untuk sekarang. Aku segera memeluknya. Aku memeluknya erat. Aku rindu padanya! “lepasin..” Christy sedikit berontak. Tapi aku tak melepaskannya sedikit pun, akhirnya ia diam.

“Maaf sayang~ I Love You!” Ucapku. Aku menoleh dan tak sengaja menemukan sesuatu yang janggal, aku menjauhinya. Ia menatapku datar. “Kamu kenapa? Mengapa wajahmu pucat dan matamu kenapa sembab? Apa kamu menangis? Kamu kenapa?” Tanyaku khawatir. Ia tak mengindahkan pertanyaanku dan segera masuk ke dalam rumah. Aku tertegun. Mungkin, apakah ia cemburu karena ada bekas kissmark dileherku waktu itu? Aku minta maaf.. Aku sungguh diluar kendali saat itu!

“kamu harus bicara baik-baik dengannya.” Suara seseorang membuatku menengadahkan kepalaku untuk melihat dimana sumber suara itu. Ternyata ia Anisa sahabat baik Christy dan ia sekaligus sepupuku yang sangat akrab denganku. Ia tersenyum menatapku lalu menepuk pundakku pelan, “Ia tadi siang kerumahku dan sudah bercerita banyak tentang dirimu dan pernikahan kalian. Aku sudah tau semua ceritanya. Dan, aku juga tau kamu telah berhubungan dengan perempuan lain selain dirinya dan sampai kamu berani menyentuh perempuan itu. Aku tau dan aku mengerti kamu Morgan, aku yakin kamu tak akan selingkuh dibelakangnya. Kamu waktu itu diluar kendali kan? Aku paham. Jadi, menurutku kamu harus segera menjelaskan semuanya padanya. Sebelum masalah ini terus dan terlampaui jauh.”
Aku menatap Anisa dengan tatapan seakan masih perlu penjelasan darinya. “Aku yakin kamu akan mengetahuinya. Dan, aku pamit pulang. permisi~”

Anisa meninggalkan ku sendirian diluar rumahku ini. Aku memperhatikannya yang sudah hilang dari hadapanku, ia sudah mengendarai mobil jazz hitamnya sambil berlalu. Seakan tersadar, aku segera memasuki rumahku dan segera menuju kamar Christy dengan berlari kecil. Aku membutuhkan penjelasan dari mulut kecil nan manis dari wajahnya.

Aku mendengar suara isak tangis dari dalam kamar Christy. Kenapa ia menangis? Aku membuka pintunya pelan dan melihat ia sedang meringkuk disudut kamar dan menelungkupkan kepalanya diantara kedua kakinya. Aku tercengang melihatnya. Tanpa sadar aku mendekatinya, dan kini aku telah berada dihadapannya. Tanganku meraih kepalanya dan mengangkatnya, aku menghadapkan wajahnya untuk menatap kearahku. Ia masih menangis sesenggukan sambil menatap wajahku. Aku tersenyum.

“kenapa sayang? kenapa kamu menangis? Apa aku menyakitimu?” Tanyaku lembut. Ia menggeleng pelan lalu segera memelukku, menangis didalam pelukanku. Aku mengusap rambutnya pelan. Baru kali ini ia yang memelukku dengan kehendaknya sendiri, aku membalas pelukannya.

“I love you gan!” Ia memelukku lebih erat. Aku terpaku, apa.. Ia mengucapkan ‘i love you morgan?’ Apa itu benar? Apa aku tidak berkhayal untuk ini? Aku segera melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya itu.

“Kamu.. Kamu.. Mengucapkan itu? Ini bukan mimpi kan? Iyakan?” Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri lalu menariknya lagi ke dalam pelukanku. “Aku tak percaya ini! Ku kira ini hanya akan menjadi mimpi bagiku dan tak akan pernah terjadi. Tapia apa? Ini semuanya terjadi! Aku sangat senang”

“Ya, Gan. Ini bukan mimpi. Aku mencintaimu. Sekarang.. Aku sudah bisa melupakannya –Nicky. Kurasa ia akan bahagia melihatku bahagia denganmu. Maaf selama ini aku mengacuhkanmu. Dan aku mulai mengerti, kau melakukan ‘itu’ dengan perempuan  lain hanya karena kau frustasi dan diluar kendali. Itu juga semua karena salahku. Aku telah mengabaikanmu selama ini. Morgan! Maaf, i love you~”

“ya. Aku juga telah menyesal melakukan itu, Chris. Maaf. Sekali lagi maaf.. dan sekarang aku akan membahagiakanmu sepanjang hidupku. Aku tak akan mengecewakanmu lagi. Aku janji..”

“Janji?”

“yaa~”

Aku merengkuh tubuh hangatnya. Ia tersenyum dalam pelukanku. Aku sudah lama menginginkan ini darinya. Sebuah kehangatan tanpa sebuah paksaan dari dalam dirinya sekarang.Christy, I love You~ aku tak akan mengecewakanmu.

….Cinta akan datang kapan saja tanpa kita duga dan kita pahami apa yang sebenarnya terjadi….’

-          THE END  -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar