Minggu, 14 Desember 2014

cerpen Deja Vu



Deja Vu ̴ Run Run Run
Sebelum masuk ke cerita gajeku, penulis a.k.a Hanifah Argubie ingin mengucapkan minal 'aidin wal faizin, taqaballohu minna wa minkum taqoballohu yaa kariim. Semoga di tahun-tahun mendatang kita masih bisa dipertemukan dengan ramadhan dengan jiwa yang jauh lebih baik dari saat ini. Aamiin.

Deja Vu  ̴  Run Run Run

Apa jadinya jika kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan pada hidup kita? Menyesal pastinya. Namun apakah Tuhan masih membuka kesempatan kedua untuk kita? Mengulang waktu? Mengubah takdir-Nya? Apakah bisa?  Inilah harapan seorang cewek  cantik yang kini tengah berdiri diatas balkon rumahnya, memasang tatapan nanar ke arah langit malam yang tak berbintang. Ditangannya ia memainkan (?) sepucuk surat merah jambu. Sebuah surat ‘cinta’ yang terlambat dia temukan kala itu.

 “CHRISTY..!! Sudah siap, Nak?” teriak sang mama di balik pintu kamar sang anak yang bernama ‘Christy’.
Namun Christy tak menggubrisnya, dia masih asyik dengan pikiran galaunya. Yah. Sebenarnya malam ini, Christy mendapat undangan reuni alumni SMA-nya. Namun dia tidak mempunyai hasrat sedikit-pun untuk datang ke acara itu tanpa ditemani oleh sesosok pria yang selalu membuat hari-hari Christy terlihat menyenangkan di tiga tahun masa SMA-nya.

Pertemuan pertama Christy dengan pria yang bernama asli ‘Morgan Handi Winata’ kala mereka mengenyam bangku kelas X SMA cukup memberinya sebuah alasan untuk membangun sebuah rasa yang biasa orang sebut sebagai ‘cinta pertama’. Yah. Tiga tahun lamanya waktu itu berselang, waktu yang sangat berharga bagi keduanya untuk senantiasa bersama dalam ikatan ‘Persahabatan’. Persahabatan yang entah mereka sadari atau tidak memunculkan sebuah rasa kekaguman satu sama lain yang kemudian kekaguman itu-pun tumbuh menjadi sebuah perasaan cinta. Cinta yang tak pernah bisa jujur di bibir keduanya yang menyisakan sesak di hati mereka saat itu karena tak pernah mendapatkan sebuah kepastian cinta. Hingga di akhir episode pertemuan mereka, sungguh Morgan sangat ingin sekali mengutarakan perasaannya pada Christy sebelum ia harus meninggalkan Christy untuk sementara karena harus mengikuti jejak sang Papah yang dimutasikan ke Jepang.

Dengan sebuah surat yang sengaja Morgan sembunyikan diantara tiap lembar novel ‘Crush’ yang Morgan berikan pada Christy sebagai simbol kenang-kenangannya, Morgan menuliskan perasaan terpendamnya dan juga keinginan tersiratnya agar Christy dapat mengantarkan kepergiannya hari itu.

***

Christy menghempaskan tubuh mungilnya tepat di atas ranjang tempat tidurnya. Melepas lelah setelah seharian ini merayakan kelulusan bersama teman-temannya. Saking senangnya Christy berhura-hura, dia sedikit melupakan sosok sahabat yang sebelumnya memberikannya sebuah novel. Bukan hanya itu, dia-pun (sahabat Christy) memberikan pelukan terakhirnya.

Sehari setelah hari kelulusan itu, Christy baru membuka-buka novell pemberian Morgan, sahabatnya itu. Tiba-tiba, ada sesuatu yang jatuh dari noChristl itu. ‘Apa ini?’ pikir Christy sambil memungut sesuatu yang jatuh itu. Dibukanya perlahan.

Tak pernah kusangka sekejap kesanmu melekat terbawa dalam rasa.
Sekilas kenangan engkau tinggalkan begitu memikat.
Tak ingin risau jiwaku mengharapkan engkau menjadi milikku.
Dan seandainya saja pertemuan itu akan mungkin terjadi kembali.
Betapa kuingin melihat dirimu.
Walau sekedar merasakan ternyata jiwaku medambakan engkau menjadi milikku.
Angan dirimu selalu kunantikan.
Tak kunjung hilang meski mungkin telah sadari...

Seketika muncul pertanyaan dibenak Christy, ‘jadi selama ini?’ tak ingin lebih banyak menebak-nebak sesuatu yang tidak pasti, Christy memilih untuk sesegera mungkin pergi ke rumah Morgan memastikan semuanya. Memastikan perasaannya.

Lari. Lari. Dan lari. Menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Membuat sang mama menjadi bingung mendapati anak semata wayangnya seperti dilanda kekalutan.

“Ma, kunci mobil dimana?” Tanya Christy sesampainya dilantai bawah berhadapan dengan sang Mama.

“Di atas meja makan, Nak? Kamu mau kemana, sayang?”

“Ke Rumah Morgan, Mah” Jawabnya singkat.

*** 

‘tok.tok.tok’

Wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga dirumah Morgan membukanya.

“Eh. Non Christy. Cari siapa, Non?    

“Morgan dirumah kan, Bi?”

“Non Christy lagi mengigau atau lupa? Den Morgan ‘kan kemarin siang ikut papahnya dan melanjutkan kuliahnya di Jepang, Non?”

Mendengar jawaban si Bibi, lutut Christy melemas. Seperti tak ada daya yang menopangnya untuk berdiri. Dia pun jadi terduduk lemah. Sesak dalam hatinya tercurahkan dengan air mata yang sedikit membasahi pipinya kini.

 ***

Christy masih memakukan pandangannya pada langit malam. Seketika secercak cahaya terlintas. Persis seperti bintang jatuh. Lantas apa hubungannya? ‘Katanya’ bintang jatuh itu bisa mengabulkan permintaan-permintaan kita. Seketika Christy memejamkan matanya, menyatukan kedua tangannya lalu ia dekatkan pada dadanya.

Dalam hati, dia berdoa ‘Tuhan jika ENGKAU memberiku satu kesempatan lagi untuk kembali mengulang waktu pertemuan terakhirku padanya, tidak akan pernah aku sia-siakan kesempatan itu lagi. Demi cinta yang aku yakin akan memberikan kebahagiaan untuk kita’.

***

“Christy...!!!” Teriak seorang pria berlari kecil menghampirinya.

Christy yang sedang duduk di bangku panjang sembari memejamkan matanya, sontak menoleh, “Ada apa, Gan? Kok sampai lari-lari gitu?” tanyanya pada pria yang sudah berada dihadapannya yang setengah mati masih mengatur nafasnya.

“Hah. Dari tadi aku cariin ternyata kamu disini, Christ” Leganya Morgan bisa menemukan sosok yang dia cari satu jam ini, sampai harus mengelilingi sekolah mereka yang cukup luas.

“Dari tadi aku emang disini, Gan. Di taman sekolah. Kenapa emangnya?”

 “Emmm. Anu Christ. Aku cuma mau ngasih ini ke kamu” Ucap Morgan sambil menyodorkan sebuah novel. Terlintas sebuah gambaran tak jelas terlintas dalam otak Christy. Membuatnya menerka kejadian ini apakah pernah terjadi padanya di masa lalu. Tapi kapan?

Tiba-tiba Morgan memeluk Christy. Pelukannya sangat erat. Seolah ini episode terakhir pertemuan mereka. Dan Morgan tak ingin menyia-nyiakannya. “Jika suatu saat nanti kita tidak lagi bersama, tolong jangan pernah kamu melupakan aku, Christ” Bisiknya yang terdengar jelas dalam gendang telinga Christy, kata-kata yang menyiratkan bahwa dia akan pergi meninggalkan Christy. Sebuah kalimat yang tak asing pula untuk Christy dengar. Entah itu pernah terucap dari bibir Morgan sebelumnya atau tidak. Samar-samar Christy menata memorinya. Yang terlintas ‘hanya’ bayangan-bayangan yang ‘sepertinya’ pernah terjadi sebelumnya. ‘Novel ini? Pelukan ini? Kata-kata ini?’ semuanya terasa Deja Vu.  

“cie..cie..cie..” ejek beberapa teman Christy yang tak sengaja melihat adegan pelukan mereka. Morgan langusng melepaskan pelukannya. “ah. Kalian ini” ucapnya sembari menggaruk-garuk kepala belakangnya menjadi sedikit salah tingkah. Sedangkan Christy terlihat biasa aja, wajahnya terlihat makin kebingungan. ‘lalu, ejekan ini?’

‘Arrgghhh’ Christy memegangi kepalanya yang serasa ingin pecah akibat memaksakan diri untuk mengingat sesuatu hal yang tidak dia ingat.

“Kamu kenapa, Christ?”

“Sakit, yah?”

“Aduh, Christ. Jangan sakit lah. Kita kan mau ngerayain kelulusan kita ini?”

Berbondong-bondong pertanyaan keluar dari mulut teman-teman Christy, namun dengan entengnya Christy menjawab “aku nggak apa-apa, yuk”

“Yuk kemana, Christ?” Tanya Morgan  

“Ah. Aku lupa buat bilang kamu dari kemarin kalau kita mau merayakan kelulusan kita, Gan. Kamu bisa ikut kan?”

“Maaf, Christ. Mungkin lain waktu saja kali yah. Aku ada acara siang ini” jawab Morgan yang sebenarnya ingin sekali jika Christ bisa mengantarkan kepergiannya siang ini ke bandara.    

“Yah. Morgan nggak asik lah. Kalau nggak ada kamu” Christ memasang wajah cemberut.

“Ada atau nggak ada aku, pasti mengasyikan kok. Yakin deh. Temen-temenmu ‘kan super gila semuanya”

“Iyah. Christ. Mungkin Morgan mau merayakan kelulusan bersama keluarganya juga. Ya udah, yuk. Keburu sore nih” Papar seorang teman Christy. Novi namanya. 

***

“It's a brand new day..!!!” Serunya mereka berkarokean bergila-gilaan sebagai ungkapan kegembiaraan mereka telah sukses menyelesaikan gelar ‘siswa’ nya. karena kedepannya mereka bukan lagi sebagai ‘siswa’ tapi ‘mahasiswa’. Satu tingkat lebih dari siswa dimana semuanya terasa bebas memilih jurusan yang mereka sukai untuk menentukan masa depan mereka kelak.    

Christy kelelahan. Sekiranya sudah 5 buah lagu bergenre pop-rock dia nyanyikan bersama dengan Novi. Giliran mereka sekarang yang menjadi penonton gratis konser dua teman lainnya yang kini sedang berduet. Sekilas pemikiran kejadian pertemuan dengan Morgan tadi tergambar dalam memorinya. Dia ingat novel pemberian Morgan. ‘Aku pernah melihat, bahkan ‘sepertinya’ juga pernah membaca cerita dalam novel ini. Padahal ‘sepertinya’ novel itu baru launching bulan ini. Christy membuka tasnya, kemudian mengambil novel pemberian Morgan tadi.

Dan benar ada ‘sesuatu’ yang jatuh. ‘Apa ini?’ Di bukanya perlahan. Kemudian ia membacanya. Otaknya kini sudah bisa memastikan bahwa ini benar-benar pernah terjadi di masa lalu. ‘Jadi kejadian setelah ini adalah ... ‘ tanya Christy dalam hatinya yang saat itu tergambar dalam memorinya ketika dia tergesa-gesa pergi ke rumah Morgan namun tak mendapati sosoknya karena telah lebih dahulu terbang ke Jepang.

‘Morgan ...’  dia melihat jam dipergelangan tangannya. ‘Masih siang. Semoga belum terlambat’ ujarnya yang kemudian bergegas menjinjing tasnya, dan tanpa pamit dengan teman-temannya, dia langsung keluar dari ruang karokeannya.

“Christ kamu mau kemana?” tanya Novi yang sudah dari tadi melihat gelagat aneh pada diri Christy semenjak membaca surat berwarna merah jambu itu.  

“Sorry, Nov. Aku ada acara mendadak” Jawab Christy sekenanya.

***

Di Jalanan, Christy menunggu taksi untuk bisa mengantarkannya ke bandara yang memang cukup jauh dari tempat karokean ini. Namun sayang, sepuluh menit berselang belum ada yang datang. Sekalinya ada, diserobot oleh seorang pria yang memang pada keadaan yang sama dia juga sedang tergesa-gesa. Christy hanya dapat mendengus kesal. Berharap cemas semoga Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Morgan. Memberikan kepastian cinta ini kalau dia juga mempunyai rasa yang sama terhadap Morgan.

Christy mulai kalut. ‘Ah. Halte. Pasti bis kota lebih banyak yang lewat di jalanan ini’ dengan berlari-lari, Christy menuju halte bisa. Lagi-lagi, ketika dia telah berhasil menapakan kaki di halte bis,  sepersekian detik bis dihadapannya telah melaju.

“Stop, Pak. Aku mau naik...!!” teriak Christy yang mencoba mengejar bis itu. Namun...

‘Bruugggh’ Christy tejatuh. Lututnya terlebih dahulu mencium aspal sehingga sedikit berdarah.

Auuwwwhh” Rintihnya kesakitan. Alhasil dia pun berjalan terpincang-pincang untuk menepi, mungkin lebih baik dia menunggu bis berikutnya saja.

“Sepertinya sedang buru-buru neng?” tanya wanita yang berumur jauh di atas Christy yang kini emang duduk bersebelahan dengan Christy.

“Ah. Iya bu. Ternyata cinta butuh perjuangan yah, bu?” Keluh Christy sambil sedikit-sedikit membersihkan lututnya yang berdarah.

“Kalau tanpa perjuangan bukan cinta namanya. Kejar dia sebelum terlambat. Meski kamu harus merubah takdir Tuhan. Buktikan-lah kamu pantas bahagia dengan dia” Ucap wanita itu membuat Christy bingung, apakah dia tau kalau Christy yang sekarang bukan-lah Christy yang dulu yang sama dengan dimensinya dengan kebanyakan orang di masa ini.   

Christy menoleh, ingin sekali menanyakan hal tersebut. Namun sosok wanita itu telah menghilang. ‘Kok ibu-ibu tadi nggak ada?’ seketika bulu kuduk Christy berdiri. “Siapa dia?” Gumamnya sambil mengusap-usap punuknya yang sedikit merinding. Selang beberapa menit Bis muncul dihadapannya, Christy sukses menghentikannya. Namun kesialan menghampirinya lagi kala menaiki bis itu. Pandangan matanya dikejutkan oleh tidak adanya bangku yang kosong satu-pun di dalam bis ini. ‘Yah. Harus berdiri nih? Astaga’ Keluhnya kembali pada diri sendiri.

***

Di tengah keramaian orang yang berlalu-lalang di bandara, Morgan menunggu kedatangan Christy. Bolak-balik dia melihat jam, mengitari pandangan dipenjuru bandara ini, belum terlihat sosok yang ditunggu. ‘Apa kamu tidak membaca surat aku, Christ’ Gusarnya hati Morgan saat ini.

“Morgan. Ayo. Sebentar lagi pesawat akan take on” ajak sang papah, namun mendapat tolakan halus dari Morgan.

“Sebentar, Pah. Tunggu 5 menit lagi. Morgan masih menunggu teman”

***

Jalan yang dilalui bis yang  Christy tengah kendarai untuk sampai ke bandara mendadak macet. Entah ada apa, menurut selentingan ‘katanya’ ada penyempitaan jalan karena masih dalam perbaikan jalan yang mendadak ambles karena muatan berlebih. ‘Ya Tuhan, Cobaan apa lagi ini? Sampai kapan aku terjebak di jalanan seperti ini?’ Christy kembali melongok jam tangannya. Sudah jam 2 lewat. Tanpa pikir panjang. Christy meminta turun dan menerobos kemacetan jalan ini. Lari, lari dan lari sekuat tenaga demi sebuah cinta. Sesekali ada motor yang mengagetkannya hendak menabraknya saking cerobohnya Christy ketika berlari tak tau arah.

Berpuh-puluh meter ia lalui, nafas yang sudah sulit di aturnya mulai menghambatnya untuk terus berlari. Dadanya sesak. Sepertinya dia kelelahan. Namun pemandangan mengejutkan ada di hadapannya. Ternyata di sudah berada di depan bandara. Sambil mengusap keringat yang bercucuran dikeningnya, Christy mengembangkan senyuman. Ini-lah saatnya.

Seketika ia menarik tubuhnya untuk masuk dalam bandara itu, seketika itu pula pesawat yang akan terbang ke Jepang di umumkan telah take on 5 menit yang lalu. Lagi-lagi terlambat.     

***

“CHRISTY..!!” teriak sang mama kedua kalinya karena tak mendapat tanggapan dari sang anak.

“Sayang kamu, nggak kenapa-kenapa kan?” khawatirnya hati mama karena Christy tak kunjung menanggapinya.

‘Ceklek’ gagang pintu di bengkokkan (?) oleh Mama untuk masuk ke kamar Christy sekedar ingin melihat keadaan sang anak.

“Sayang” Ucap Mama yang sudah berdiri di balik punggung Christy menepuk pundaknya. Cukup untuk mengagetkan Christy yang entah sudah beberapa lama matanya terpejam. Christy sedikit menoleh guna ingin tau siapa yang sudah masuk kamarnya itu.

“Mama?”

“Kamu nggak jadi datang di acara reuni SMA-mu itu?” tanya Mama, Christy hanya menggeleng.

“Hmm.. Yakin nie?” Goda Mama namun Christy lagi-lagi tak menangapi lebih. Tapi bukan Mama namanya, kalau tidak tau apa yang dipikirkan oleh sang anak.

“Kalau boleh mama saranin sih, kamu cepat-cepat ganti baju terus langsung turun ke lantai bawah, di ruang tamu ada Morgan yang sudah lama nungguin kamu”

“Heh?” Christy sungguh tidak yakin dengan apa yang didengarnya saat ini.

“Udah Cepet sana. Mau terlambat lagi?” Ejek sang Mama.

“Nggak lah Ma” Cepat-cepat Christy bergegas menemui Morgan, sang pujaan hatinya.

***

Haru bahagia menjadi satu ketika Christy benar-benar bisa melihat jelas Morgan dihadapannya. Selangkah kaki makin mendekati, Morgan-pun menyadarinya. Mereka-pun saling bertatapan, mata bertemu mata, Debar jantung makin tak karuan hingga bibir-pun terasa canggung untuk sekedar saling berbasa-basi bertanya kabar atau-pun pertanyaan retoris semacamnya.

“Morgan?” hanya satu kata yang mampu terucap dari bibir Christy, karena scene selanjutnya Christy langsung memeluk erat Morgan, sedikit berbisik “Aku sayang sama kamu. Bukan hanya sebatas teman tapi lebih dari itu” Lancarnya Christy mengucap kata-kata itu. Dia tidak ingin kata ‘terlambat’ menghantuinya kembali.

“Aku juga sayang sama kamu, Christ. Makanya aku datang kesini untuk memastikan perasaanku ini. Mau-kah kamu menjadi pendamping hidupku untuk selamanya?” Tanpa malu-malu atau-pun berbasa-basi, Morgan melamar Christy yang ternyata langsung mendapat anggukan kepala dari Christy pertanda dia mau untuk menjadi pendamping hidup Morgan untuk selamanya.


Sekeras apapun kamu berusaha untuk mengubah Takdir-Nya, jika memang Tuhan tidak menakdirkanmu untuk bertemu dengan jodohmu di hari itu, usahamu akan terlihat sia-sia belaka. Akan tetapi, dengan usaha yang kamu perlihatkan pada Tuhan itu-lah yang akan membahagiakanmu dikemudian hari. Apa yang terbaik bagimu belum tentu terbaik bagi-Nya. Namun, terbaik bagi-Nya akan menjadi sesuatu yang terbaik bagimu. DIA-lah pemilik skenario terbaik di alam semesta ini, jalanin peran sesuai dengan masanya. Kelak, semua akan indah pada waktunya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar